"Hai, J ..." baru saja aku akan menyapanya, lelaki itu malah melangkah pergi. Kuurungkan niatku dan cepat-cepat masuk ke dalam rumah sakit yang sudah terlihat sibuk.
"Morning, Rei!" sapa Jenna hangat.
"Good morning, Jen," balasku tanpa meliriknya, karena berusaha mengejar Josh yang sudah menghilang di balik pintu Winter Blossom. Tergesa, aku mendorong pintu kacayang baru saja menutup itu hingga hampir membentur dahiku sendiri.
Josh sedang melepaskan mantel panjangnya yang berwarna kehitaman. Ia sama sekali tak menggubrisku.
"Hai, Josh!" sapaku.
"Hai," balasnya tengah membuka loker dan meletakkan ransel yang sedari tadi menggantung di bahunya.
"Apa kabar?" tanyaku berbasa-basi sambil meletakkan barang-barangku sendiri ke dalam loker, tepat di samping lelaki itu.
"Tak seceria kamu yang sepagi ini sudah mendapatkan ciuman hangat," ujarnya tanpa ekspresi.
Tenggorokanku tercekat.
"Jadi, Josh melihat Bagas menciumku," batinku.
Lamunanku buyar, ketika Josh sengaja membanting pintu Winter Blossom.
"Kenapa sih tuh orang?" gumamku.
Cepat-cepat aku membereskan semua barang bawaanku dan mengenakan semua peralatan yang akan kugunakan untuk bertugas. Sesaat sebelum keluar dari ruangan itu, aku menarik dan menghela napas beberapa kali.
"Cepat selesaikan pekerjaan kalian, karena hari ini sepertinya kita akan sangat sibuk!" pinta Josh yang sempat kudengar sesaat setelah keluar dari Winter Blossom. Lelaki itu tengah berdiri di hadapan empat orang mahasiswa kedokteran yang sibuk membersihkan area tugas shift sebelumnya.
"Lima menit lagi, ambulans akan datang membawa dua orang korban kecelakaan. Cepat kenakan sarung tangan kalian dan temui aku di pintu kedatangan!" Josh lagi-lagi melangkah pergi ketika aku menampakkan diri di depan hidungnya. Padahal, aku tak benar-benar ada di hadapannya. Aku hanya berdiri di depan layar komputer untuk melihat laporan harian. Hanya beberapa jengkal saja darinya. Atau mungkin aku yang terlalu perasa? Ah, entahlah.
"Mengapa dokter Evans selalu bengis dan kejam pada mahasiswa seperti kita?" tanya salah seorang mahasiswa berkacamata yang sedang menggosok lantai penuh darah.
"Karena ia memiliki dendam pribadi dengan mahasiswa kedokteran seperti kita ini," jawab seorang lainnya.
"Kenapa?"
"Beberapa tahun lalu, sekelompok mahasiswa di rumah sakit ini gagal menyelamatkan seluruh anggota keluarga dokter Evans yang mengalami kecelakaan lalu lintas."
Telingaku tak bisa memungkiri bahwa telah mendengar kalimat demi kalimat yang mereka lontarkan. Ternyata, nasib Josh sama denganku. Yatim piatu karena kecelakaan. Spontan, aku menoleh padanya yang sedang berdiri di depan layar komputer tak jauh dari tempatku. Matanya terlihat tajam dan serius. Tanpa pikir panjang, aku mendekatinya. Kusandarkan tubuh di meja dan menatap Josh lekat.
"Kamu nggak tidur ya?" tanyaku.
"Tidur," jawabnya singkat, padat, jelas.
"Kantung matamu seperti panda."
"Bukankah panda terlihat menggemaskan?"
Aku terkekeh.
"Ada yang salah?" Josh menatapku dengan alis terangkat. Sorot matanya berbeda, membuatku ingin bersembunyi di balik meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Married by Accident
RomanceKisah tentang seorang dokter muda bernama Reinayya yang dihadapkan pada satu kenyataan tragis. Gadis itu harus mengganti segala kerusakan, sekaligus bertanggungjawab untuk biaya pengobatan Bagas sekeluarga, korban kecelakaan yang disebabkan karena u...