Chapter 87

11.7K 248 21
                                    

Enam bulan kemudian ...

Suatu hari akan ada seseorang yang teramat mencintaimu hingga mau melakukan apa saja untukmu, termasuk buru-buru pulang dari tempat kerjanya. Dia bahkan rela melupakan rasa lapar di perut dan penat di bahunya demi bisa segera bertemu denganmu, istrinya tersayang.

Aku dan Bagas layaknya pengantin baru yang benar-benar hidup tanpa beban lagi seperti dulu. Kami bahkan memutuskan untuk kembali ke Indonesia, meninggalkan semua kisah kelam yang pernah terajut di Negeri Paman Sam. Termasuk, meninggalkan Papa yang ternyata tak menyimpan sedikit pun amarah karena aku membohonginya soal hubunganku dengan Bagas. Dia, masih tetap papaku yang dulu. Papa yang begitu mencintaiku, apapun kekuranganku. Bahkan, suara jerit dan makian yang keluar dari bibir Caitlyn saat Bagas bicara dengan mereka bahwa kami kembali bersatu pun dibungkam oleh Papa yang membelaku.

Sama halnya dengan Ibu. Ia tak pernah menyimpan dendam. Ia tetap orang yang sama, seperti yang kutemui dulu. Meski aku adalah penyebab putranya celaka, tapi ia tetap menyunggingkan senyumnya. Mungkin baginya, kebahagiaan adalah nomor satu. Tak perlu lagi semuanya dikacaukan oleh dendam dan sakit hati yang berkepanjangan.

Sekembalinya kami ke Indonesia, tentu saja Amanda dan Kak Jordy yang paling bahagia. Sekian lama mereka hanya bisa mendengarkan kisahku melalui sambungan telepon, tanpa bisa memelukku seperti biasa yang mereka lakukan.

Sudah di mana sekarang?

Sebuah pesan singkat kukirimkan ke ponsel Bagas.

Baru aja sampai. Bukain pintunya dong, Istriku.

Balasan Bagas yang tak perlu membuatku menunggu lama.

Istriku ... ah, panggilan itu terasa seperti musik di telingaku. Musik yang akan mengiriku hingga sepanjang sisa hidupku nanti.

Aku sudah sangat tak sabaran ingin bertemu dengan suamiku yang sedang bergegas turun dari mobil sesaat setelah parkir di depan rumah. Setengah berlari mencapai pintu depan. Dia sudah benar-benar lincah dengan kaki prostetiknya. Berbinar-binar matanya ketika menemukanku di hadapannya. Dia tersenyum lebar ke arahku, menarikku ke dalam pelukannya. Dia lalu memberiku sebuah ciuman dalam dan hangat, menambahkan satu lagi alasan untuk semakin mencintainya.

Suatu hari, orang seperti itu juga akan datang untukmu dan kau tak perlu lagi terlalu lama menunggu. Dan saat itu benar-benar sedang terjadi di hidupmu, tanpa sadar mulutmu terdorong untuk berucap, "Ternyata aku adalah orang paling beruntung di muka bumi ini."

"Hah? Kamu bilang apa?" Bagas mengernyit bingung di hadapanku.

"Nggak ada," aku berkata sambil menyunggingkan senyum. "Sampai di mana kita tadi? Ah iya, ciuman selamat datang. Eh, tadi sudah atau belum sih?"

"Supaya kamu lebih yakin, kita lakukan lagi aja," Bagas mengedip nakal.

"Ide bagus!"

Dan di bingkai pintu itu, lagi-lagi dia membuatku mabuk kepayang dengan ciumannya sambil mengusap lembut perutku, tempat bersemayamnya janin, calon buah hati kami yang tak lama lagi akan menjadi babak baru di dalam kisah married by accident ini.

***

Bersiap-siaplah, karena mulai sekarang kamu nggak akan pernah merasa sendiri. Lihatlah ke belakang, dia ada di sana. Saat gelap, saat sedang terang benderang, ada dia yang menemani. Putaran bumi menggerakkan waktu dan mengubah banyak hal, tapi kau bisa percaya ini: cintamu padanya takkan pernah berubah dan takdir takkan pernah salah. Apapun caranya, bagaimanapun jalannya, hanya dia yang dikirim oleh Tuhan yang akan menjadi pendamping hidupmu, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjagamu. Jadi malaikat tak bersayapmu atau bahkan pangeran berkuda putihmu. Jadi sahabat terbaikmu. Jadi bahu tempatmu bersandar dan merasa aman.

Jangan pernah sekalipun memandang rendah kekuatan cinta yang telah dipersatukan oleh takdir.

TAMAT

[TAMAT] Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang