"Astaghfirullah, Reinayya!" jerit Ibu membuatku tersentak, mendorong tubuh Aldo jauh-jauh seolah dia adalah virus, kuman, bakteri berbahaya yang bisa membuatku mati dalam waktu kurang dari setengah detik.
Untuk sesaat, otakku beku. Aku benar-benar tak bisa mencerna atas apa yang sedang terjadi. Ibu dan Liz yang sudah melewati pintu depan terlihat syok melihatku bersama Aldo. Lelaki itu memasang ekspresi datar yang tentu saja ingin kuhajar saat itu juga.
"Uh, maaf sepertinya saya harus segera pulang bersama Matthew," kata Liz, "Matthew kamu di mana, Sayang?" tanpa permisi, wanita itu menerobos masuk ke kamarku karena sempat mendengar suara tawa Medina dan putranya.
"Ibu ...."
"Saya mohon dengan hormat, keluar dari rumah ini dan jangan pernah datang lagi," kata Ibu mengusir Aldo yang hanya berdiri mematung di sampingku.
Aldo tersenyum kecut. "Apa Anda tahu siapa saya?"
"Tentu saja saya tahu siapa Anda. Anda yang membuat hidup anak saya berantakan, Anda yang membuat hidup keluarga kami kacau, dan Anda ...."
"Dan saya yang telah membuat Anda sekeluarga bisa hidup enak berbahagia di tempat ini, di rumah keluarga saya ini," ungkap Aldo tanpa ampun.
"Aldo, cukup!" pekikku menahan gejolak emosi yang sesungguhnya tak bisa kutahan lagi.
"Kenapa? Bukankah semua yang keluar dari bibirku itu fakta adanya? Atau memang beliau nggak tahu soal itu, Rei?" kata Aldo seolah sedang di atas angin, "Atau mungkin memang beliau dan keluarganya tak pernah mau tahu soal penderitaanmu selama ini? Soal kehidupanmu yang berat setelah diteror mantan kekasihmu, Brian sekaligus pembunuh mamamu? Apakah mereka pernah sadar, kalau semua pengorbananmu untuk mereka ini sebenarnya tak sebanding dengan semua penderitaan mereka yang dilimpahkan padamu?"
"Tutup mulutmu, Aldo! Tolong tutup mulutmu sekarang juga!"
Ibu menatapku dengan tatapan terbenam air mata. Tangannya mengepal. Tak pernah sekalipun aku melihat wanita lembut itu begitu menahan emosinya yang siap meledak kapan saja.
Liz menggandeng Matthew, berjalan melewati kami begitu saja seperti baru saja melihat hantu. Ia bahkan membanting pintu depan seolah ingin membuat rumah kami itu runtuh dan mengubur kami hidup-hidup di dalamnya.
Seandainya bisa, aku memang akan memilih untuk mati saja setelah ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Married by Accident
RomanceKisah tentang seorang dokter muda bernama Reinayya yang dihadapkan pada satu kenyataan tragis. Gadis itu harus mengganti segala kerusakan, sekaligus bertanggungjawab untuk biaya pengobatan Bagas sekeluarga, korban kecelakaan yang disebabkan karena u...