Chapter 75

4.7K 240 0
                                    

Bagas menghela napas penuh kekesalan, tapi matanya patuh mengikuti arah pandangku. Aku mendongak ke langit, berbinar-binar mengagumi bulan yang tampak bulat sempurna di atas sana. Hari ini sedang cerah sekali karena, dari tempat kami duduk sekarang, aku bisa melihat taburan bintang yang kilaunya berbeda-beda.

"Kalau gelap seperti sekarang ini, kamu terlihat lebih ganteng ya?"

Bagas bengong sebentar, lalu ia seperti sedang menahan tawa. "That's the worst compliment I've ever heard."

Tapi aku tidak terpancing. "Harusnya kamu sadar, kalau kamu itu berpotensi memenangkan kontes pria tertampan sejagat."

Dia balas menatapku melalui matanya yang menyipit. "Oh ya?"

"He-em," kataku penuh pengakuan. "Selain ganteng, kamu juga romantis. Jenis yang biasanya hanya ada di sinetron."

Bagas menatapku dengan ekspresi tak bisa kutebak. Sepertinya, ia masih menganggapku bercanda karena akal sehatku masih dikuasai alkohol, atau apalah penjelasan masuk akal lainnya.

"Jadi, menurut kamu, aku semacam makhluk kurang nyata begitu ya?"

Aku menganggukkan kepala dengan gaya berlebihan. "Yap. Kamu seharusnya ada di sinetron saja."

"Kenapa?"

"Agar para wanita di dunia ini selamat dari pesonamu," jawabku sambil menatap Bagas yang kusadari rahangnya mengeras karena tegang. Tapi, aku malah mengangkat sebelah tanganku untuk mengelus pipi Bagas. Menelusuri bagian halus dan kasar di wajahnya. Membuat perasaan dalam diri Bagas tak karuan.

"Kamu ngomong apa sih?"

"Biarkan hatiku mengungkap semuanya, biar hatiku ini bisa berhenti deg-degan nggak jelas setiap kali berada di dekatmu."

Bagas menyumpah pelan. Ia menatapku yang malam ini memang kelewat jujur lekat-lekat langsung ke kedua mataku. "Kamu benar-benar mabuk, Rei," dia mengulangi ucapannya beberapa saat yang lalu. "Lebih baik kita lanjut jalan lagi, sebelum ada salah satu pasienmu yang memergoki—"

Aku benar-benar menganggap ucapan Bagas itu seperti angin lalu. Kepalaku menggeleng pelan, lalu kembali mengatakan hal yang luar biasa absurd. "Biar aku nggak selalu kepikiran untuk mencuri cium pipimu seperti ... ini."

"..."

Sentuhan lembut bibirku sontak membekukan Bagas. Ia benar-benar diam tak bergerak seolah otaknya tiba-tiba shutdown, tak bisa bekerja sebagaimana mestinya.

"Rei, nggak seharusnya kamu bicara seperti itu padaku." Ekspresinya mengeras.

Aku malah sibuk mengerjapkan mata dengan polosnya.

"Aku laki-laki, Rei."

Bagas semakin mendekat. Aku bahkan bisa merasakan embusan hangat napas Bagas menerpa wajahku. "Sebesar apapun emosiku padamu, sekuat-sekuatnya aku menahan diri, aku bisa ...."

Mendadak ada perasaan mendamba semakin kuat di hatiku. Gairah di dalam diri ini seumpama tsunami, dalam sekejap mampu menerjang dan memorak-porandakan logika dan akal sehat. Membuatku tak punya pilihan kecuali—

"Damn," umpat Bagas sebelum akhirnya tenggelam bersamaku.

Suamiku itu menarikku mendekat dan merasakan kembali gelombang perasaan yang familier—persis seperti yang kualami beberapa hari lalu ketika merasakan hangat tubuh Bagas dalam pelukan. Tubuh Bagas terasa pas dengan diriku, seperti botol bertemu tutupnya. Aku benar-benar menyerahkan kendali sepenuhnya di tangan Bagas. Dia tak lagi menjauh apalagi melawan ketika aku memiringkan kepala dan menangkup wajahnya dengan kedua tangan.

Bibir Bagas terasa lembut dan manis. Mengecapnya untuk yang kesekian kali tak pernah membuatku merasa bosan, malah aku seperti terbang ke langit ketujuh dan disambut para malaikat di pintu surga. Ditambah lagi, Bagas adalah partner berciuman yang menyenangkan. Dia tak pernah menunggu apalagi bersikap pasif. Kurengkuh leher Bagas dan menahannya di pelukan seperti cengkeraman tangan bayi ke ibunya ketika sedang belajar jalan.

Aku pelan-pelan memejamkan mata. Tanpa malu-malu mengirimkan isyarat jelas: aku menginginkan ciuman suamiku itu lagi. Bagas pun sepertinya menginginkan hal yang sama, tapi kali ini suara di dalam diriku menghardik dengan tegas, JANGAN LAKUKAN INI DI SINI! PULANG!

[TAMAT] Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang