Chapter 82

3.2K 131 1
                                    


"Are you out of your mind?" hardik Jenna dengan tatapan tak percaya ketika aku memutuskan untuk mengajaknya dan ya ... tentu saja Josh bertemu di kafe untuk makan siang. Josh bahkan datang ke tempat itu terlebih dulu, sengaja memilih meja yang agak di sudut posisinya, jauh dari pasangan yang mesra sekali, dan lumayan sangat jauh dari tiga wanita dan tiga pria yang kuperkirakan adalah anak kuliahan.

"Maksudmu?" aku menoleh ke arah Jenna dan sulit untuk tidak merasa tersinggung karena ucapannya itu.

"Oh, ayolah, Rei, bukankah itu aneh? Hubunganmu dan Bagas, meskipun awalnya hanya pura-pura saja tapi itu lebih dari sekadar hubungan sesaat yang kamu bilang tadi, kan?" wanita itu menyentuh pelan tanganku.

Ya, akhirnya aku membuka mulut untuk bercerita pada Jenna juga setelah beberapa waktu lalu, Josh tahu apa yang menimpaku dan seperti apa kisahku bersama Bagas. Aku yakin, mereka takkan pernah membocorkan ini pada Papa atau siapapun.

"Tunggu, jangan dipotong dulu kalimatku ini. Aku sangat menghormati privasimu, tapi Rei aku nggak pernah menyangka kalau kamu berani banget berada di tengah dilema antara Aldo dan Bagas yang sudah menjadi suamimu."

"Pantas saja aku nggak pernah punya peluang, hatimu sudah dipenuhi oleh mereka berdua," gumam Josh sambil mengaduk strawberry milkshake di hadapannya. Dan karena itu, ia mendapat tatapan tajam dari Jenna.

"Aku akui kalau aku sudah bertindak bodoh sekaligus ceroboh, tapi semuanya terasa rumit sekarang," kataku. "Bagas sudah nggak mau bertemu denganku, bahkan ibunya juga ikut membenciku setelah memergokiku sedang berciuman dengan Aldo di rumah. Sedangkan Aldo, aku dan dia sudah setengah jalan menuju jenjang yang lebih serius. Bahkan, dalam waktu dekat, dia berencana melamarku."

"Itu masalahnya! Hanya karena sudah lama pacaran dengan Aldo dan nggak pernah sekalipun melakukan itu dengan Bagas, kamu merasa Aldo adalah mr. Right buat kamu?"

"Sepertinya."

Josh pun geleng-geleng kepala karenanya. "Ya, Tuhan."

"Kalau begitu, Rei, bagaimana kalau pertanyaannya diubah: kalau memilih Aldo adalah pilihan yang tepat, kenapa kamu masih saja nggak terlihat bahagia?"

Lidahku mendadak kelu. Aku merasa tahu harus berkata apa ..., tapi nyatanya tidak. Dan yang tadi sempat terlintas di kepalaku itu mendadak raib sesaat setelah aku menggerakkan mulut. Itulah sebabnya, aku sekarang lebih memilih untuk mengatupkan mulut dan terdiam.

"Kadang, hal yang paling disesali adalah kehilangan kesempatan merasakan cinta yang didambakan hanya karena kita terlalu takut untuk mengambil risiko." Josh yang sedari tadi lebih banyak diam, tiba-tiba membuka mulutnya. Aku dan Jenna sampai terpana karenanya. "Sebagai orang yang pernah dan masih jatuh cinta padamu, aku nggak akan mendorongmu memilih salah satu dari antara mereka. Itu sepenuhnya ada di tanganmu, Rei. Aku hanya ingin kamu tahu dengan pasti, mana di antara pilihan yang menurutmu menjanjikan bahagia. Dan dari situ, kamu tinggal menentukan, langkah apa yang akan kamu ambil selanjutnya."

Meskipun tak mau terang-terangan mengakuinya di depan Jenna dan Josh, aku sebenarnya sudah tahu jawabannya. Bahkan, sosok yang kumaksud itu memenuhi isi kepalaku sekarang.

Orang itu adalah ...

***

[TAMAT] Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang