Duka Tanya

14.6K 655 3
                                    

Mayda benar-benar bingung dengan kondisinya saat ini. Ia beranjak dari tempat tidur, menyibakan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya. Sesuatu seperti terlempar saat Mayda menyibak selimut tadi. Mayda mencarinya sampai ke kolong tempat tidur. Hingga akhirnya mata Mayda menemukan sebuah kerudung warna hitam, sepertinya seseorang sengaja meletakkannya. Mayda segera mengenakannya, meski ia tak tau siapa pemiliknya.

Dengan setengah berlari Mayda menuju ke gagang pintu kamar, memegangnya kemudian membukanya perlahan. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri melihat situasi diluar kamar. Setelah diyakini kondisi rumah benar-benar sepi, ia memberanikan diri keluar kamar dan menuruni tangga. Ada hal-hal penting seperti pemakaman keluarganya yang harus ia lakukan hari ini, jadi ia tidak boleh berada didalam rumah yang menawannya ini.

Sedikit aneh memang karena rumah yang begitu besar dan mewah seperti ini malah sepi layaknya kuburan. Bahkan tidak ada satupun penjaga rumah yang terlihat. Mayda sempat memikirkan nasib rumah ini jika ada pencuri yang masuk, tentunya dengan senang hati pencuri itu akan mengambil seluruh barang berharga yang ada dirumah ini. Tapi masa bodohlah, Mayda tidak perduli, lagipula Mayda tidak tau ini rumah siapa.

Kaki Mayda terus melangkah menuruni anak tangga diiringi otaknya yang terus berfikir keras, berusaha mengingat sebaik mungkin kejadian sebelum ia terjebak dirumah besar dan mewah ini. Terakhir kali yang Mayda ingat adalah saat ia menangis dipundak Darma kemudian tertidur karena kelelahan jadi kemungkinan ini adalah rumah Darma lalu mungkin yang mengganti pakaiannya juga... 'Ah, tidak tidak', Mayda menyangkal segala kemungkinan terburuk dan terus berjalan menuju pintu keluar rumah sambil sesekali terus mengingat kejadian semalam.

Tapi jika Darma memang benar-benar telah menjamah tubuh Mayda, maka Mayda tidak akan pernah memaafkannya. Ia benar-benar tidak akan menyangka kalau laki-laki berwajah alim itu ternyata hanya memakai topeng kepurapura-puraan. Ia soalah simpati dan membantu Mayda, ternyata memiliki maksud tersembunyi. Lagipula didunia ini tidak pernah ada orang baik yang tidak mengharapkan imbalan. Ditambah Mayda belum mengenal secara pasti siapa Darma.

Tiba-tiba ingatan Mayda kembali ke saat dimana ia harus melihat satu persatu mayat keluarganya. Tangan Mayda mendadak lemas saat hendak membuka ganggang pintu utama rumah ini. Kakinya gemetar hingga membuatnya terduduk lemas dilantai. Tatapannya kosong. Kesedihan kembali menyeruak.

"Maling eh maling...!!!" Teriak wanita paruh baya ketika memergoki Mayda tengah terduduk didepan pintu.

Merasa diteriaki seperti itu membuat Mayda panik tapi ia tidak beranjak kemanapun karena kakinya terlalu lemas untuk digerakkan.

"Sa...ya.. Bu..Bu..kan maling kok" Ucap Mayda mendadak tergagap.

Wanita paruh baya itu mendekat. Menatap wajah Mayda dari dekat, membuat Mayda benar-benar risih ditatap seperti itu. Tapi ia tak bisa mengelak.

"Cantik... Tapi kok maling sih non" Sahut wanita paruh baya itu sambil menatap terus ke arah Mayda.

"Saya bukan maling kok buk, saya juga nggak tau kenapa saya ada disini, semalam tiba-tiba saya sudah ada dikamar itu" Tunjuk Mayda pada kamar dilantai dua dengan perkataan yang sudah normal kembali.

"Oh jadi non yang semalam dibawa sama tuan Darma ya, ayo non saya bantu duduk di sofa" Kata wanita yang penuh guratan diwajahnya itu sambil membopong Mayda ke sofa didekatnya.

Mayda hanya menurut saja. Entah Mayda tidak mau berburuk sangka. Mayda hanya punya firasat kalau wanita didepannya ini adalah wanita baik-baik. Sejujurnya Mayda juga butuh pegangan untuk berdiri dan berjalan.

"Mmm... Ini rumah Mas Darma bu? Darma Aji?" Sahut Mayda mencoba mencari tau pemilik rumah besar nan mewah ini.

"Ah iya non, semalem Tuan Darma sendiri yang membawa non kesini dan menidurkan non di kamarnya tuan" Jawab wanita paruh baya itu tanpa ragu.

SIANIDA (SIAp NIkah setelah wisuDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang