Mayda memandangi wajah Darma. Mencoba melihat ekspresi saat Darma memakan masakan Mayda.
Baru sesuap Darma memasukkan makanan itu ke mulutnya, ia langsung dihujani pertanyaan oleh Mayda.
"Gimana?" Sahut mayda meminta pendapat
"Apa?" Jawab Darma oon, tingkat kepekaannya berkurang menjadi 50%
"Makanannya lah mas, enak nggak?" Sahut Mayda tak sabar
"Lumayan" jawab Darma sekenanya
Mendengar jawaban yang biasa saja membuat mayda kesal. Padahal ia sudah susah payah bertarung dengan ayam tadi, berusaha memutilasinya dengan sempurna tapi tanggapannya hanya 'LUMAYAN'. Masih mending kalau Darma bilang masakannya nggak enak sekalian tapi kemudian dia bilang 'Karena kamu yang masak, bagiku tetep enak kok dan aku akan tetap memakannya karena ini adalah masakan pertama istri tercintaku', pasti itu akan lebih terasa melegakan dan membahagikan. Ah tapi sial karena mayda berharap pada suaminya yang sikapnya suka berubah-rubah kayak bunglon.
"May, jangan diliatin terus makanannya, dimakan dong"
"Nggak mood mas"
"Lha kenapa?"
"Nggak papa"
"Oh yaudah mas udah selesai nih, mas berangkat dulu ya"
"Iya ati-ati" jawab Mayda cuek, 'Dasar nggak peka!' umpat mayda dalam hati.
Darma berbalik, "Oh ya may" panggil Darma
Mayda sempat berharap suaminya akan membujuknya atau paling tidak berkata manis untuk menenangkan hatinya.
Tapi sepertinya tidak. Darma malah menyodorkan punggung tangannya."Apa?" Tanya Mayda yang belum fasih dengan kode Darma yang satu ini.
"Salim dulu dong may, katanya mau jadi istri sholihah" Pinta Darma
Mayda melangkah malas, ia enggan berdebat, hatinya cukup kecewa kali ini. Secepat mungkin Mayda meraih tangan Darma kemudian menciumnya.
"Assalamu'alaikum" Ucap Darma berlalu pergi
"Wa'alaikumsalam" Jawab Mayda membalas salam Darma
Setelah itu terdengar suara mobil menyala lalu menghilang. Meninggalkan perasaan kecewa yang berkecamuk dalam hati Mayda. Ia sempat berfikir kalau mungkin Darma tidak mencintainya karena pernikahan Darma dengan Mayda begitu mendadak. Mungkin saja Darma hanya terpaksa memenuhi wasiat kakak Mayda. Tapi bagaimanapun sekarang Mayda adalah istrinya. Sudah kewajiban Darma mencintainya.
Mayda mencoba menepis pikiran konyolnya. Bagaimana mungkin hanya karena usahanya memasak untuk Darma tidak dipuji ia menjadi sekesal ini. Toh itu memang tugas Mayda sebagai istri kan?.
Mayda merebahkan tubuhnya di sofa depan televisi. Rasanya nyaman sekali setelah sejak pagi ia sibuk didapur dan belum istirahat sama sekali. Tapi ketenangan dan kenyamanannya mendadak terusik oleh sebuah telfon. Dilihatnya handphone yang sejak tadi berada di saku bajunya. Nomer tanpa nama tapi sepertinya Mayda kenal nomer ini. Bergegas Mayda mengangkatnya.
"Halo, siapa?" Tanya mayda pada seseorang disebrang telepon
KAMU SEDANG MEMBACA
SIANIDA (SIAp NIkah setelah wisuDA)
Humor#Part Lengkap #7 dalam humor (11/11/2017) #10 dalam humor (3/11/2017) #Follow terlebih dahulu Laki-laki tampan misterius itu tiba-tiba datang setelah beberapa detik perempuan itu keluar dari gedung paska diwisuda, menyodorkan buket bunga dan sebuah...