Keinginan.

26.2K 3.3K 292
                                    














"Akhir-akhir ini kamu sering begini ya,"

Jungkook memecah keheningan mereka berdua, di hari setelah Jungkook sakit, semuanya jalan seperti biasa. Gak ada yang berubah, dan soal Taehyung yang pengangguran, juga pada akhirnya jadi topik utama.

"Takutnya sebentar lagi gak bisa begini,"

"Mau kemana?"

Begini sama dengan mereka berdua jalan kaki tanpa tujuan diluar rumah. Kencan dadakan, tanpa rencana.

Gak ada jawaban, Taehyung fokus sama pematik api untuk rokoknya, rambut abu bahkan kembali berubah coklat. Jadi lebih rapi, dan tipikal seorang Taehyung dengan rambut gondrong mulai menghilang.

"Kacangnya," gumam Jungkook putus asa,

"Tiga hari lagi wisuda,"

Sesingkat itu, Jungkook sedikit mendelik, "Serius? Tiga hari lagi?"

"Ya, sesudah itu aku baru fokus cari kerja."

Taehyung senyum sekilas, hari masih sore menjelang malam. Langit berwarna keabuan, berkat hujan deras siang tadi.

Yah, biasanya juga mereka cuddling setiap hari.

Masih melanjutkan langkah, Jungkook sedikit berpikir; tentang apa yang harus dia lakuin selanjutnya.

Aduh, blank.


"Apa dipikirin? Aku masih disini,"


Tepukan halus dikepala, Jungkook noleh kesampingnya. Lalu perhatiannya intens sekali, Taehyungnya mulai gak seliar dulu. Dari segi penampilan.


"Beda ya kamu,"

"Apanya?" Taehyung ketawa kecil disini, tangannya rangkul bahu si pacar, gestur yang selalu ada setiap mereka jalan berdua.

"Udah tua,"

"Ho, kamu muda gitu?"

"Memang kan, dasar tua."

Jungkook sedikit meringkuk diantara rangkulan Taehyung. Mengecilkan diri dirangkulan pacar itu jujur sekali Jungkook bilang itu nyaman.

"Dingin?"

Jungkook mengangguk, "Habis hujan, dinginnya jauh lebih dingin,"

"Jaketmu tipis, yang hitam aku beliin mana?"

"Dicuci. Ini sisa dilemari, hoodie merah panas."

Cardigan cream tipis kalo dibayangkan, Taehyung hela nafasnya pelan,

"Aku gak mau pinjemin jaket, dingin juga."

"Iya tau, lemah."

"Yang habis sakit gak usah sok,"

"Iya, terima kasih untuk buburnya."

Terus Taehyung bungkam, Jungkooknya senyum tipis yang manis sekali. Ditatap sebentar sama Taehyung, lalu cowok itu mengalihkan pandangan.

Telinganya merah lagi, menjalar sama rangkulan Taehyung yang tiba-tiba menghangat.

Ihik, malu. Bahkan suhu badan Taehyung jadi meningkat.

Lalu tangan Jungkook yang bebas masuk sendiri ke kantong jaket abu pacarnya, Taehyung nunduk memperhatikan.

"Aku mau rangkul, gak pegangan tangan," celetuk yang punya kantong, merasa keberatan rangkulan nyamannya harus dilepas dan genggam tangan si pacar didalam kantong supaya jalan jadi lebih gampang.

"Iya jangan, gini aja. Gak usah pegangan tangan,"

"Tapi susah jalannya,"

"Slow, kak."

"Manja ya,"

"Kapan lagi? Hehe."


Rangkulan Taehyung jadi lebih erat, dan kata-kata kapan lagi jadi sedikit lebih berarti mulai saat ini.















;

"Ahli kimia."

"uhuk! Apa?"

Jungkook tersedak nyaris gak melanjutkan omongan, Taehyung tangannya terulur memberikan botol air mineral yang dibeli di mini market tadi.

Raut wajahnya datar, reaksinya Jungkook cukup bikin gak heran.

"Ahli kimia, dek."

"Serius? Lamarnya ke departemen negara?"

Taehyung mengangguk santai sambil kunyah makanan yang dia gigit sedikit.

Jungkook melongo, terus rasanya tteokpokki tusuk yang mengepul asap panas ditangannya jadi terbengkalai.

Gila, Taehyung memang pintar. Ambidex dengan kepintaran diatas setara Jeon Jungkook; tapi pintarnya seorang Kim Taehyung juga gak disangka menjurus pecinta sains.

"Belum tentu diterima kan, belum matang. Slow,"

"Hebat tau! Gila!"

Dan dari empat tahun mereka menjalin hubungan, raut wajah Jungkook yang berseri-seri begini jarang sekali ya dia lihat. Sekalinya dilihat hati langsung menghangat.

Tapi ada satu pikiran yang mengganjal,

"Kemarinan, kamu tau aku kan aku fakultas dimana?" Taehyung pertanyaannya wanti-wanti,

"Tau kok,"

"Apa?"

"Ekonomi Bisnis kan,"

Jungkook jawabnya percaya diri, Taehyung tahan nafas jengah dan ctak, bunyi sentilan di dahi cukup keras,

"Aduhㅡjangan sentil! Sakit,"

"Gak peduli, mati sana kamu,"

"Itu kata-kataku. Plagiat."

"Berisik. Aku kasih tau sekarang pacarmu dimana, mau gak?"

"Gak, gak penting,"

"Oke, siap bos,"

Jungkook ketawa nyaris keras, pukul sekilas pundak pacarnya itu tanda senang,

"Bercanda. Dimana?"

"Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, sayang."

"Ho, sombong?"

"Bahkan pacarnya tiga hari lagi nyaris wisuda baru tau fakultasnya apa, pacar macam apa kamu?" Taehyung pasang ancang mau sentil dahi pacarnya lagi, tapi Jungkook meringkuk dan sedikit terkekeh,

"Ck, eksitensi dirimu soal fakultas kan gak berguna kak,"

Jungkook lanjutin makan makanannya, wajahnya remeh sekali. Yang begini nih pacarnya Kim Taehyung, sedikit tidak disangka dan terkadang beda dari ekspetasi.



"Kamu ada di setiap hari, ya mana aku peduli soal yang lain."

Asik bos, lanjutan omongan Jungkooknya ngalus kumat.

Dan Taehyung mencibir sekali lagi,

"Sok gak peduli, privasi aja diukur. Anjing."

"Eh omongannya!"







Aduh, yang lain jadi ngontrak. Apalagi mas-mas dagang sate tteokpokkinya. Sabar ya mas, aku juga sama. Ngontrak.













ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Selamat sore menjelang malam!♡
Teruntuk yang baru saja memulai aktivitas, semangat ya!
Dan teruntuk yang baru saja menyelesaikan aktivitas, contohnya memilih untuk berguling di kasur dan membaca part tujuh puluh...empat?

Congratz, kamu selamat melewati hari ini♡
((((Ngalus))))

Kone? (Katanya?) ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang