{Namanya Elang}

6.4K 297 62
                                    


1. "NAMANYA ELANG"


~HAPPY READING EVERYONE!~

Pada kenyataannya masih ada langit di atas langit. Kesombongan yang lo pamerkan bahkan tidak ada apa-apanya karena semua itu suatu saat nanti akan kembali pada sang pemberi.


🔥🔥🔥

"Lo gak papa?"

Tanya Elang pada Sania yang tubuhnya masih gemetar karena hampir diguyur air jeruk oleh Elena.

Sania mengangguk sembari membenahi kaca mata bulatnya yang terjatuh akibat ulah Elena dan sahabat-sahabatnya tadi. Rasanya trauma kena amukan seperti itu.

Sebenarnya Sania hanya ingin pergi ke kamar mandi karena terburu-buru ingin buang air kecil. Naasnya geng paling top sekolah ini juga sedang bercanda di kamar mandi dan ketidaksengajaannya menyenggol lengan Elena yang merupakan ketua geng malah berakhir pada pembullyan.

Sudah banyak dan tak perlu kaget lagi kejadian seperti itu dilakukan Elena. Dia bahkan sudah pernah melakukan hal yang lebih parah dari itu. Ternyata saat dirinya yang kena bully seperti di datangi malaikat pencabut nyawa. Ohh, mungkin suatu perumpamaan yang salah tidak semengerikan itu jika bertemu Elena. Walaupun Elena cukup sangar dalam hal ini.

Elang sudah mengetahui geng terdiri dari tiga cewek itu cukup lama tapi untuk pertama kalinya dia tahu satu per satu wajah dari mereka baru sekarang ini. Tentunya saat kenekadannya membantu Sania. Elang juga tak kaget dengan kelakuan buruk tiga siswi itu, karena mereka sudah terkenal menjadi langganan BK sejak kelas sepuluh, saat menjadi adik kelas dulu geng itu sudah cukup berpengaruh pada sekolah. Mereka bahkan berani dan tak takut pada apapun walaupun pada saat itu senioritas masih menjadi sesuatu yang penting di sekolah ini ralat sampai sekarang pun masih dijunjung tinggi. Mereka tidak takut dengan senior apalagi Elena. Mustahil sekali jika dia takut.

"Makasih ya Lang!"

Setelah mengangguk untuk menjawab Sania, Elang segera berlalu pergi. Cowok itu memang tidak terlalu suka dan peduli dengan dunia luar dan dunia orang lain. Tapi dia bersedia membantu siapapun jika orang lain membutuhkan bantuan dan dia bisa membantunya.

Buktinya dia tidak mau tahu ada masalah apa Sania dengan Elena karena baginya itu tak penting. Tapi, dia mau membantu Sania yang memang tertindas dan jelas membutuhkan bantuannya.

Tadinya Elang hanya ingin pergi ke kamar mandi, setelah izin dengan Pak Danu karena sedang dalam pembelajaran untuk olimpiade matematika dua minggu lagi. Tapi setelah mendengar sayup-sayup tangisan dan bentakan dia terpaksa mendekati kamar mandi khusus wanita. Tak sengaja penglihatannya mendapati Sania yang sebentar lagi diguyur, mau tak mau dia terpaksa masuk untuk menolong, beruntung saja di tempat itu hanya ada Sania, Elena dan dua teman Elena jadi dia tidak terlalu takut untuk dilaporkan ke kepala sekolah. Karena ketidaksopanannya masuk ke dalam kamar mandi wanita.

Elang tidak suka penindasan dan diskriminasi, itu benar-benar perbuatan yang salah di mata hukum, agama dan menurutnya itu menjatuhkan mental maupun fisik orang yang ditindas. Elang tidak ingin hidup orang lain sama dengan dirinya, dikendalikan. Dia tahu rasanya dikendalikan itu seperti apa bahkan memilih saja dia tidak bisa, selain mau dan tunduk.

Handphone di saku celana Elang bergetar, dia merogoh sakunya untuk mendapatkan benda persegi panjang itu. Setelah menekan salah satu tombol dia menempelkan benda itu di telinganya.

"......."

"Baik pak!" ucapnya pada orang disebrang telepon.

Setelah memasukkan handphone ke sakunya kembali. Elang memilih berjalan berbalik arah kembali menuju kantin karena perutnya sudah berontak untuk diisi asupan makanan. Memang pagi tadi dia tidak sempat sarapan, dengan alasan cowok itu bangun kesiangan dan takut terlambat ke sekolah.

ELANG & ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang