{Peduli tandanya?}

1.5K 64 1
                                    

42. "PEDULI TANDANYA?"


~HAPPY READING EVERYONE!~

🔥🔥🔥

Elang bersandar di sofa rumah sakit, matanya terpejam tetapi dia tak sepenuhnya tidur. Sejak kemarin dia menunggu Mela di rumah sakit, itu permintaan tante Marisa, untuk tidak menuruti, dia merasa tak enak. Apalagi setelah mengetahui bahwa Elang juga dekat dengan Mela, Irwan malah mensupport hubungan mereka itu alasan Elang dia diperbolehkan tidak pulang ke rumah sejak kemarin.

Jenuh. Iya, apalagi baterainya lowbat semalaman. Dia lupa men- charger. Dia membuka matanya, dia merindukan Elena. Sedari kemarin dia tak bertemu gadis itu sama sekali, apalagi tiap kali dia hendak pamit. Marisa selalu berusaha untuk dia agar menetap disini. Elang tak betah berada di rumah sakit.

Walaupun dia iba dengan Mela tetapi tetap saja. Dia merasa tidak nyaman.

"Elang! Biar tante yang jagain Mela, kamu sekolah dulu ya!" Ucap tante Marisa dengan lembut sembari menatap Elang. Perempuan itu sedang menyuapi anaknya bubur. Mela tersenyum ketika bangun tidurnya mendapati Elang sedang duduk di sofa di ruangannya.

Hari ini seharusnya Elang dan Mela melangsungkan lomba cerdas cermat, tetapi karena Mela yang cedera semua itu dibatalkan. Bu Citra juga menyuruh kakak kelas untuk mewakili lomba tersebut, tentunya yang pandai dan sudah berpengalaman. Elang tak menyesal tak mengikuti lomba ini. Lagipula untuk apa? Biarpun dia mendapat piala sekalipun, papa-nya pasti akan tetap dingin dan berusaha tetap mengaturnya seperti dulu. Meskipun dia tahu hubungannya dengan Elena masih berjalan sampai sekarang.

Elang berdiri menyalami tante Marisa."Tante aku pulang dulu, Mel cepet sembuh ya!"

"Lang, nanti balik lagi kesini ya! Gue gak ada temen pasti bakalan suntuk deh." Ucap Mela. Elang terlihat berpikir sampai dia menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan permintaan Mela.

Elang mengendarai mobilnya dengan kecepatan kencang. Maklum saja baru pukul lima pagi, jalanan masih lengang. Dia memasuki rumahnya dengan wajah lelah, tidur di rumah sakit tidak bisa nyenyak seperti di rumah. Bau obat merasuki pernafasannya terus menerus dan dia tidak suka itu.

"Elang, udah pulang?" Elang yang hendak menaiki tangga terhenti ketika Rani berucap seperti itu. Elang mengangguk. Rani memang sedang menata meja makan untuk sarapan.

Sekira setengah jam Elang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Menyapa mamanya dan mencium pipi Rani singkat. Rani begitu bersyukur mempunyai anak setampan dan sebaik Elang. Sembari menunggu papanya datang, Elang bercerita dengan mamanya pasal tak jadinya lomba cerdas cermat.

"Memang, gadis itu perusak kehidupan semua orang. Bodoh!" Irwan datang dengan cibirannya. Dia sempat mendengarkan cerita Elang pada mamanya pasal hidung Mela yang patah karena tak sengaja terkena lemparan bola basket dari Elena.

"Mela sendiri yang sok jago ngehadang pah!" Bela Elang pada kekasihnya.

"Tapi tetap saja itu tindakan kriminal!" Rani dan Elang terlihat mengerutkan dahi.

"Kriminal darimana?" Ucap Rani keki, suaminya ini sangat keterlaluan apalagi mengenai masalah Elena. Rani sebenarnya juga sama tak terlalu menyetujui hubungan Elang dan Elena, tetapi kembali lagi dia seorang ibu dan dia ingin Elang bahagia.

"Itu melukai orang lain, temannya lagi bukannya itu kriminal. Papa gak mau punya menantu seperti itu, papa mau yang seperti Mela, anggun dan tentunya baik."

"Tapi sayangnya aku tetap bakalan pilih Elena!" Elang tak sempat menyentuh nasinya. Karena beradu argumen dengan papanya. Selalu seperti ini sejak dia pulang dari rumah tante Cinta.

ELANG & ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang