37. "TRY TO BELIEVE"
~HAPPY READING EVERYONE!~
🔥🔥🔥
Semua yang berada di dekat lapangan kaget. Ketika Mela tergeletak di lapangan basket karena terkena bola.
Elena diam saja, toh salah dia sendiri yang sok-sokan menghadang padahal tidak bisa.Tetapi ekspresinya berubah menjadi shock ketika Elang berlari ke tengah lapangan dan menggendong Mela. Aksi heroik Elang membuat siapa saja yang melihat menyimpulkan hal yang tidak-tidak. Kebanyakan dari mereka terkejut bukan main pasal hal ini.
Elena tersenyum miris, karena melihat itu dia tak bisa marah. Kavin yang melihat itu langsung mendekat ke arah Elena. Dia tak memikirkan Elang ataupun Mela yang dia pikirkan kaki Elena yang mengeluarkan darah.
"Yaampun El, kaki lo luka!" Ucap Kavin khawatir, Elena biasa saja menatap kedatangan Kavin yang terlihat cemas.
"Ayo ke UKS biar segera diobati! Lo bisa jalan gak? Gue gendong ya!"
Elena menggelengkan kepalanya, tersenyum ke arah Kavin."Makasih atas niat baik lo Kav, gue bisa minta tolong sama Aren!" Elena menolak penawaran Kavin lebih memilih dipapah oleh Alisa dan Shiren menuju UKS.
Alisa dan Shiren diam saja, Elena banyak berubah dan dia merasa kasihan dengan Elena yang seperti ini. Elena terlihat baik-baik saja walaupun Mela yang dipilih Elang untuk digendong menuju UKS sedangkan pacarnya sendiri yang juga luka malah ditinggalkan begitu saja.
"Gue obatin ya El!" Sania ternyata anggota PMR, dia izin terlebih dahulu untuk mengobati kaki Elena. Biar berubah seperti ucapan anak-anak. Sania tetap khawatir jika tiba-tiba dirinya yang kena semprot itu kan gak lucu.
Elena mengangguk,"lukanya kayaknya udah dari tadi ini, keliatan banget tambah lebar!" Gumam Sania. Sembari membersihkan luka Elena dengan alkohol.
"Perih San!" Elena berucap sembari meringis kesakitan.
"Iya jelas El, tapi lo tenang aja ini gak bakal lama kok!"
Setelah selesai memplester luka Elena, Sania yang tadinya duduk kemudian berdiri. "Cepet sembuh ya El!" Ucap Sania, dia membereskan peralatannya dan hendak pergi. Tapi langkahnya berhenti ketika Elena meraih lengannya.
"Thanks ya! Maaf juga sama gue yang sering bully lo!" Sania terlihat gugup, ini terasa mimpi baginya. Seorang Elena mengucapkan kalimat maaf.
"Iya gak papa El semua orang punya salah dan gue harap kamu menjadi pribadi yang lebih baik lagi ya! Aku kesana dulu, kayaknya ada yang sakit lagi deh!" Elena mengangguk kemudian tersenyum.
Alisa dan Shiren masuk ke tempat Elena. Memang sekat bangkar UKS hanya ada kelambu saja warna hijau. Bahkan sedari tadi menggendong Mela, Elang belum saja keluar.
"Lo gak papa kan El! Kaki lo gak diamputasi kan?" Tanya Shiren heboh,
"Kayaknya ada yang lebih sakit daripada kakinya deh Ren, tapi hatinya." Ledek Alisa, membuat Elena terkekeh.
"Gak ada jiwa cemburu gue!" Elak Elena.
"Dasar pembohong!"
"Gak tuh! Yaudah yuk keluar, gak enak sumpek disini!" Alisa dan Shiren mengangguk.
Alisa, Elena dan Shiren berjalan menuju kantin. Elena yang mengajak kesana dia lapar. Tadi pagi mbak Eni tidak datang, karena akan menemani anaknya rekreasi.
"Gue pengen nasi goreng sama jus jeruk!" Alisa terlihat mengernyitkan dahinya.
"Sejak kapan menu lo ganti?"

KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG & ELENA
Teen Fiction[COMPLETED] Elang cowok tampan tak tersentuh dia penyendiri. Buku buku tebal selalu menemaninya. Dia sama sekali tidak culun hanya saja dia menjauhi segala jenis manusia urakan. Termasuk Elena cewek cantik tajir primadona di sekolah, tapi sayang di...