{Epilog}

4.6K 141 42
                                    

~ EPILOG ~

Penyesalan memang selalu berada di akhir. Beruntunglah bagi kalian yang masih bersama dan dekat dengan orang yang kalian cinta.

Satu lagi yang harus kalian tahu, berdoalah selalu agar orang yang kalian cinta tak akan pergi meninggalkanmu. Terkadang rasa sakit saat bersama lebih baik daripada harus merasa kehilangan atau ditinggalkan.

Seminggu sepeninggalan Elena, banyak yang berubah dari kehidupan Elang. Walaupun kisah mereka tak genap setahun berjalan, kisah mereka memang tidak lama hanya sebentar saja. Tetapi sangat berkesan dikehidupan keduanya. Semuanya terasa sulit untuk dilupakan dan mungkin tak akan pernah bisa dilupakan.

Ingatan demi ingatan, kebahagiaan dan kesakitan ketika mereka masih menjalin cinta. Perasaan yang masih begitu melekat begitu menyesakkan dada. Sampai detik ini juga.

Sedih jika harus difikirkan, setelah kepergian Elena tak ada kabar sedikitpun darinya. Aldi yang sering mendapat kabar tetapi tak ada Elang dalam pertanyaannya. Ketika Elang mencoba menghubungi selalu diabaikan dan tak ada jawaban sama sekali dari Elena.

Dering ponsel yang dulu selalu dibenci Elang ketika Elena mengganggunya. Kini, serasa hilang. Dia merindukan masa itu. Tetapi tak ada yang bisa dia perbuat sekarang.

Menerima tawaran papanya untuk mengurus perusahaan disana, mana mungkin. Bahkan dia selalu menolak semua itu sejak lama.

Sedih. Sakit. Rindu. Marah. Kecewa.

Perasaan itu bercampur menjadi satu tiap detiknya.

Dalam belajar dan melakukan aktivitas lainnya. Elang selalu tidak bisa konsentrasi. Sering mendapat teguran.

Menyedihkan kehidupannya kali ini. Tak ada raut senyuman, canda dan tawa yang keluar dari bibir manisnya.

Wajahnya yang tampan terlihat sangat muram dan tak beraturan. Hanya wajah datar, diam dalam lamunan.

Kasihan Elang.

Entah sampai kapan gadis itu akan kembali padanya. Memeluknya erat, mencium pipinya hangat dan merengek manja ketika di dekatnya.

"Elang! Elena ngasih ini buat lo!"

Elang mendongak dengan cepat ketika ada nama gadisnya disebut. Ada Mela disana, berdiri dengan raut wajah tidak tenang. Sama sakitnya, melihat Elang dengan keadaan semenyakitkan ini. Walaupun dia sadar Elang memang bukan untuknya, tetapi hatinya tetap sepenuhnya untuk Elang sampai saat ini juga.

Elang mengambil kotak berwarna abu-abu yang sudah dihiasi pita diatasnya, yang diberikan Mela.

"Elena mana?" tanya Elang antusias.

Mela diam, mengigit bibir bawahnya dalam, bergerak cemas."Elena nitip ini ke gue, sebelum dia terbang. Maaf! Gue cuma mau dengerin ucapan Elena waktu itu. Katanya surat sama kotak ini harus gue beriin ke lo setelah seminggu dia pergi. Maaf juga gue gak ngasih tahu lo akan kepergian Elena. Maaf Lang!"

Mela tampak sangat menyesal dengan semua ini. Seharusnya, dia memberi tahu Elang akan keputusan Elena untuk pergi waktu itu. Bukan hanya malah diam dan menaati perintah Elena.

"Kenapa lo gak bilang sama gue, Mel?" Bentak Elang, Mela berjengit kaget. Dia menatap Elang dengan tatapan terluka, dia tahu kesalahannya. Apa yang dia pikirkan mengenai reaksi Elang kemarin menjadi kenyataan. Elang pasti akan marah padanya akan hal ini.

"Gue minta maaf Lang, tapi itu kemauan Elena!" Lirih Mela, gadis itu tak mau melihat wajah marah Elang. Dia takut.

Elang membuka kotak itu, terdapat amplop surat, sekeping CD berwarna putih, dan foto mereka berdua ketika berkuda.

ELANG & ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang