{Pantang Mundur}

2.4K 131 4
                                    

7. "PANTANG MUNDUR"

~HAPPY READING EVERYONE!~


Gak semudah itu untuk membuat aku berhenti. Perjalanan sudah hampir setengah dan terus melangkah adalah pilihanku.

🔥🔥🔥

Elang makan siang di kantin seperti biasa, bedanya ada Tristan yang menemaninya kali ini. Tristan memakan dengan lahap baksonya, entah doyan atau kelaparan. Sedangkan Elang dengan santai menikmati nasi gorengnya sayangnya dibarengi dengan membaca bukunya.

"Makan ya makan, belajar ya belajar! Jangan disatuin gitu jadinya gak baik." Tristan membuka suara,

Melihat Elang makan sembari membaca buku tebalnya membuat Tristan risih, bukan apa-apa seperti susah begitu tidak bisa menikmati makan dan apa masuk ke otak juga? Jika belajar begitu.

Elang melirik sekilas ke arah Tristan yang duduk dihadapannya. Setelahnya melanjutkan aktivitasnya kembali tanpa mempedulikan saran dari temannya ini. Tristan menghela nafas, mengelus-elus dadanya. Sebenarnya dianggap atau tidak dirinya oleh Elang pun dia tidak tahu.

"Sabar ini ujian." tak ada sahutan kepo atau apa pun dari Elang, ingin sekali Tristan menangis saat ini juga. Betapa acuh-nya cowok ini pantas saja cewek-cewek bejibun hanya bisa menjadi fans-nya. Menjadi pacar? Mana ada cewek sekarang yang mau pacaran sama cowok bisu jadi-jadian seperti Elang ya walaupun dia tampan. Tapi apa pacaran itu untuk diam, kan enggak.

Seorang cewek yang tiba-tiba duduk di samping Elang. Membuat Elang terhenyak, dia menoleh wajahnya mendapati sesosok cewek yang tak ingin dia temui selamanya. Elena. Dengan santai gadis itu duduk tak memperlihatkan ekspresi apapun, dia mulai memesan makanan pada ibu kantin.

Apa ucapan Elang tadi pagi di perpustakaan kurang jelas untuk cewek ini. Apa cewek ini terlalu bodoh untuk memahami kalimat yang diucapkan Elang.

Tristan heran, ternyata cewek yang mau sama cowok bisu jadi jadian seperti Elang itu Elena playgirl sekolah ini. 'Oh my gosh!'

Tiba-tiba saja Elang berdiri dari duduknya, tak lupa membawa satu buku tebalnya. Elena mendesah berat tak membiarkan mangsanya pergi terlalu jauh, dia juga ikut berdiri dan mengikuti Elang. Elang berhenti di taman membuat Elena yang tak bisa menge-rem menabrak punggung Elang. Gadis itu mengaduh, tak sakit memang, dia hanya terkejut.

"Kalau berhenti bilang dong!" omel Elena,

Elang berbalik, menghadap Elena dengan sempurna. Siang ini di taman memang sepi hampir tak ada orang, karena biasanya jam-jam seperti ini. Siswa maupun siswi lebih senang menghabiskan waktu di masjid, kantin, atau menetap di kelas. Jadi taman lebih dikenal sepi saat jam istirahat ke dua.

"Gue bilang jauhin gue!" kata Elang penuh penekanan. Mata tajam Elang terlihat menatap Elena mengintimidasi, lihat saja tatapannya begitu menyepelekan.

"Gue gak mau!"

"Ternyata punya satu cowok gak cukup ya buat lo?" Elang berucap kembali, tapi nadanya dingin dan menusuk. Elena terhantam di ulu hati. Ingin sekali Elena menampar cowok bermulut cabe ini, tapi tidak mungkin dia lakukan itu pada Elang.

"Ohh atau karena lo kesepian lo butuh teman terus lo bisa mainin perasaan orang lain seenak jidat lo?"

Elena memejamkan matanya mendengar hinaan Elang. Bahkan jika Elang tahu sebenarnya dia akan berpikir beratus-ratus kali untuk mengucapkan pertanyaan menyakitkan itu. Apa Elang tidak tahu, dia tidak pernah selingkuh pada pasangannya hanya setelah putus dia akan punya pacar lagi.

ELANG & ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang