{Lupakan Saja}

2.7K 146 8
                                        

6. "LUPAKAN SAJA"

~HAPPY READING EVERYONE!~

Karena perubahan selalu terjadi tanpa diminta. Semua itu akan berubah pada masanya masing-masing dan sekarang aku ingin semuanya kembali seperti semula dan tak berubah. Lalu apa harus menyalahkan takdir dalam masalah ini?

🔥🔥🔥

"ELENAAA!!"

Suara Shiren yang sungguh begitu cempreng membuat Elena bangun dengan cepat dan segera menutup telinganya dengan kedua tangan. Alarm-nya saja tak memekakan seperti suara Shiren bahkan terdengar lebih pelan.

"SHIRENNNNN!" teriakan tak kalah dahsyat langsung merasuk di telinga Shiren dan Alisa. Elena berdecak kesal dia kemudian duduk di tempat tidurnya.

"Kalian berdua sungguh membuat daku malas, inginku makan kalian berdua sekarang juga!" Elena menatap kedua sahabatnya dengan tersenyum miring, seperti benar-benar akan melakukan apa yang dia katakan. Elena tertawa kencang, melihat sahabatnya termakan tipu rayuan goblok miliknya. Elena hanya ingin berjalan ke arah kamar mandi yang memang berada di belakang mereka.

Alisa mendengus, "Elena sumpah ya lo nyebelin banget!"

"Ihh... Elena kok gitu sih sama Shiren, tega kamu mas tega aku salah apa sama kamu!" Alisa langsung saja menoyor kepala sahabatnya yang lebay setengah mampus ini. Shiren memekik tak terima diperlakukan seperti itu oleh Alisa dia ganti menoyor kepala Alisa. Semuanya tak berhenti sampai situ saja karena dua betina ini selalu saja membuat kegaduhan. Elena memutar bola mata malas ketika Alisa dan Shiren sudah saling jambak satu sama lain.

"Gue mau mandi dulu!" Alisa dan Shiren yang tersadar merasa malu menghentikan acara berantemnya dan mengangguk mengiyakan Elena.
Butuh beberapa lama menunggu Elena mandi, Elena keluar dari kamar mandi sembari meringis kesakitan.

"Kenapa El? Ya ampun tangan lo kenapa? Kok bisa begitu itu harus diamputasi kata uncle gue!" Teriak Shiren, Elena dan Alisa tertawa ngakak mendengar penuturan lebay Shiren.

"Amputasi pala lo peyang, ini cuma luka kecil bege! Uncle lo siapa?" Elena berucap tak habis pikir dengan Shiren yang begitu absurd-nya menjadi cewek.

"Uncle gue dokter."

"Dokter gadungan pasti. Yakali sakit begini di amputasi pada kabur semua pasiennya." Ucap Alisa, "Kena apa sih El?"

"Gak papa,"

"Please deh El, jangan kaya cewek cewek baperan yang pas lagi diem aja ditanya cowoknya jawabannya gitu. Idihhh gak banget!" Ucapan panjang Shiren membuat Alisa tertawa terbahak. Elena tak pernah seperti ini sebelumnya. Dia akan terus saja mengomel dan marah-marah dan selalu menyebut nama orang yang membuat dirinya sakit. Siapapun itu dan akan segera berbalik untuk membully mereka yang berani padanya.

Sayang sekali dia tidak tahu siapa pemilik motor yang membuat tangannya sakit seperti ini. Tapi dia juga menyalahkan Elang yang sembarangan membuka mobil.

"El sejak kapan lo jadi cewek baperan?" Alisa berkata sembari terus tertawa, lemparan bantal dari Elena membuat gadis itu mau tak mau berhenti tertawa. Menggeram kesal dan menatap tajam Elena, sedangkan Elena asyik dengan menaburkan bedak di wajahnya.

Sekarang bergantian, Shiren menertawakan Alisa yang kesal. Persahabatan mereka memang tidak ditandai dengan taburan senyum sok manis setiap saat melainkan makian, omelan, kata-kata kasar dan sejenisnya.

"Gila lo El!"

Perdebatan kali ini berakhir karena jam masuk sekolah tinggal sebentar lagi. Sebenarnya sah-sah saja jika mereka terlambat toh kena marah sudah biasa. Hanya saja kali ini Elena ingin sampai di sekolah dalam keadaan tidak terlambat. Tentu saja karena Elang, siapa lagi? Dia tak akan pernah repot-repot membuang-buang waktunya jika bukan untuk taruhan ini.

ELANG & ELENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang