17. "CHANGE?"
~HAPPY READING EVERYONE!~
Aku tahu semua orang pasti mengalami perubahan. Tapi kamu terlalu cepat sampai aku bisa merubah rasa benci ini menjadi sesuatu hal yang aku suka.
🔥🔥🔥
"Lo kemarin kemana? Di telpon cuma ngabarin kalau lo baik-baik aja pake nomor asing lagi. Lo gak akan sejauh itu kan El." Alisa bertanya, matanya mendelik mengarah pada Elena. Dia hanya khawatir jika sahabatnya akan melakukan hal-hal lebih jauh dari perkiraannya.
"Lo gak perlu sekhawatir dan setakut itu Aren, gue gak akan bertindak sebego itu, gue gak akan nyakitin diri gue sendiri, karena lo tahu kan dalam hidup ini gue cuma pengen bahagia. Udah itu aja,"
"Tapi gak akan bertindak yang aneh-aneh kan?" Kini gantian Shiren yang takut. Dia bertanya sembari memasang wajah khawatirnya.
"Arenku, cintaku, sayangku, malaikatku, gak gue gak akan kayak gitu percaya deh." Jawab Elena alay diakhiri dengan kekehan pelan.
"JANJI gak macem-macem!" Alisa mengangkat jari kelingkingnya begitu juga dengan Shiren.
"Janji!" Elena menyatukan kelingkingnya dengan Alisa dan Shiren membentuk sebuah piramida.
"Kalau lo ingkar janji, gue bakar rumah lo ya!" Ancam Alisa, Elena tertawa cukup keras.
"Bakar aja gue bisa beli rumah lagi." Tantang Elena, Alisa merengut sebal. Ucapan Elena memang benar, menjadi anak konglomerat dia bisa membeli apapun yang dia mau. Hanya satu yang tidak bisa dia beli tapi sangat dia inginkan yaitu tidak bisa membeli kasih sayang orang tuanya. Miris sekali itu.
Melihat wajah Alisa seperti itu Elena terkekeh, sahabatnya ini lucu sekali. "Iya iya gue janji,"
Elena, Alisa dan Shiren sedang berada di kantin, tentunya duduk di bangku yang sudah mereka akui sebagai milik mereka. Karena geng mereka memang geng paling populer, tak jarang setiap siswa maupun siswi mengalihkan perhatiannya demi melihat tiga cewek cantik itu. Apalagi melihat Elena tertawa renyah seperti tadi itu semua hal yang sangat jarang dia lakukan, karena semua orang juga akan tahu kalau Elena tertawa pasti akan ada sesuatu hal yang terjadi. Tawanya juga menyebalkan karena membully orang lain tapi tadi dia hanya tertawa denga kedua sahabatnya itu saja. Membuat siapa saja yang melihat akan terhipnotis dengan kecantikan alaminya.
Elena meminum jus jambunya, perutnya sedang malas untuk diberi makan. Shiren memakan mi ayam miliknya, dering ponsel miliknya berbunyi. Menampilkan nama yang selalu dinantinya setiap saat yaitu Tristan.
"Yaudah sana," Elena mengangguk menyetujui agar Shiren menemui Tristan di taman. Shiren tersenyum senang, meminum jus jeruknya cepat. Melambaikan tangannya pada Alisa dan Elena dan berlari menjauh menemui pacarnya yang jangkung itu.
Gantian sekarang ponsel Alisa yang berbunyi, Elena tersenyum di dalam hati. Karena tak sengaja melirik ada nama Kavin disana. Pantas saja dari kemarin tak ada satupun chat dari laki-laki itu. Ternyata sudah berpindah ke lain hati mungkin yang akan dia lakukan nanti yaitu mengancam Kavin agar tidak menyakiti Alisa.
"El, gue pergi dulu ya!" Pamit Alisa, ada nada takut disana.
"Iya Al, gak perlu setakut itu lagi. Gue sama Kavin udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kalau emang lo nyaman lanjutin, sana tuh di tungguin." Elena mengedipkan sebelah matanya pada Alisa, mengetahui ada Kavin di pojok kantin yang sedang memainkan ponselnya.
Alisa memeluk Elena erat tidak tahu untuk apa pelukan itu, sebelum dia menemui Kavin. Elena tersenyum ada rasa bahagia di hatinya hanya dengan melihat kedua sahabatnya tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG & ELENA
Teen Fiction[COMPLETED] Elang cowok tampan tak tersentuh dia penyendiri. Buku buku tebal selalu menemaninya. Dia sama sekali tidak culun hanya saja dia menjauhi segala jenis manusia urakan. Termasuk Elena cewek cantik tajir primadona di sekolah, tapi sayang di...