51. "STITCHES"
~HAPPY READING EVERYONE!~
🔥🔥🔥Sonya dan Desy pulang mendapati beraneka ragam makanan sudah tertata di meja makan. Lilin, dan bunga sudah tersusun rapi disana.
Pelukan dari belakang membuat Sonya membalikkan badannya. Mendapati putrinya yang cantik dengan senyuman.
"Mama aku kangen banget!" Pekik Elena, wajahnya berseri-seri.
"Elena kamu disini, kamu yang nyiapin ini semua?"
"Papa terutama, aku cuma bantu sedikit!" Jawab Elena diikuti kekehannya.
Bara datang menghampiri mereka, dengan balutan kemeja berwarna biru dongker. Laki-laki yang sudah berumur itu terlihat gagah dan mempesona.
"Mama bahagaia banget lihat ini!" Ucap Sonya dengan haru.
Mereka mulai memakan makanan masing-masing. Beberapa kali Elena melihat meja di sampingnya yang kosong. Kata Bara, itu tempat duduk Aldi.
"Aldi dari seminggu yang lalu belum pulang ke rumah sama sekali! Anak itu gak pernah marah selama itu sebelumnya," Ujar Bara.
"udah coba dibujuk pah, buat pulang?"
"Udah sering tapi tetap dia gak mau!"
"Sebenarnya aku kangen banget sama kak Aldi, biasanya kalau aku pulang syuting dia jailin aku terus kita ketawa bareng, sekarang dia malah gak pulang!" Desy cemberut sembari mengucapkan itu. "Mungkin kalau dari dulu kita gak kenal sama kak Elena, kak Aldi gak akan marah dan kita terus barengan. Kak Elena jahat! Aku kesel sama kak El!" Lanjutan ucapan Desy membuat seluruh orang yang ada di meja makan terkejut. Gadis kecil itu sudah berlari meninggalkan meja makan.
Elena tersentak, kehadirannya kembali tidak diterima. Kehadirannya itu meyakiti seseorang. Seandainya dia sadar dari dulu, dengan semua yang menimpanya. Semuanya mengarah pasal tak ada yang mengharapkannya hidup.
"Maafin Elena, semua yang terjadi ini karena aku. Seharusnya aku gak masuk ke keluarga baru mama. Seharusnya mama biarin aku hidup seperti dulu lagi. Tanpa mama, tanpa papa, tanpa om Bara dan semuanya. Aku gak pantas hadir ditengah kehidupan bahagia kalian! Aku itu cuma perusak kebahagiaan orang lain!"
Dengan derai air mata Elena mengucapkan apa yang dia rasakan. Dia sudah tak sanggup hidup seperti ini. Dia rasa dia sudah tak sanggup.
"Maafin aku pah, mah! Aku cinta kalian selalu!"
Sebelum Bara dan Sonya menjawab, Elena pergi begitu saja. Keluar dari rumah megah ini.
Dengan air mata yang terus mengalir, Elena berjalan menyusuri trotoar. Entah, dia tak memikirkan dimana kakinya akan melangkah. Yang pasti sampai sekarang dadanya masih sangat terasa sesak. Memikirkan semua yang terjadi dia sudah tidak kuat.
Pertama orang tuanya, Elang cintanya, Aldi sahabatnya, dan terakhir keluarga baru mamanya. Dia tidak diterima. Semuanya hilang, tak menginginkannya. Memyedihkan. Sangat.
Lampu-lampu kota yang menyala menyilaukan jalannya. Ketika dia pikir tadi kehidupannya akan baik-baik saja bertemu dengan Bara, papa tirinya. Tetapi ternyata semua sama. Tak ada yang indah dalam hidupnya.
Bahagia?
Bagaiamana bisa orang dengan mudah mengatakan bahagia itu sederhana? Sedangkan cara sederhana pun tak bisa membuat Elena bahagia. Semua bahagia itu semu dari awal. Dari pertama kali dia mencoba untuk berubah. Hanya rasa sakit yang mendominasi kehidupannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG & ELENA
Novela Juvenil[COMPLETED] Elang cowok tampan tak tersentuh dia penyendiri. Buku buku tebal selalu menemaninya. Dia sama sekali tidak culun hanya saja dia menjauhi segala jenis manusia urakan. Termasuk Elena cewek cantik tajir primadona di sekolah, tapi sayang di...