3. "START"
~HAPPY READING EVERYONE!~
Kata orang kebetulan itu tidak ada yang berkali-kali. Karena yang berkali-kali adalah takdir Tuhan. Takdir yang selalu menuntunku untuk dekat dengan dirimu.
🔥🔥🔥
"Mulailah pagi dengan senyuman!" boro-boro.
Elena segera menekan tombol berwarna merah pada remote untuk mematikan televisi.
Elena tidak bisa tidur dan sekarang pukul empat pagi dia memilih menonton televisi, yang berisi ceramah pagi. Mendengar satu kalimat itu membuatnya malas seketika.
"Gila ya tuh orang, nyuruh senyum, emang gue gila apa senyum sendiri!"
Elena mencoba tidur, biasanya dia akan tidur dengan pulas tapi kenapa ucapan laki-laki yang dia anggap cupu itu membayanginya sampai dia sendiri susah untuk tidur.
Jika ucapan Revan saja dia tidak peduli tapi kenapa ucapan Elang membuatnya takut. Padahal Revan salah satu cowok buas yang ada di sekolah, cowok yang bertindak semaunya seperti dirinya. Bahkan akan rela melukai siapapun termasuk Elena.
"ELENA PLEASE! lo gak perlu setakut itu sama ancaman si cupu, you'll see who's the winner!" Teriaknya sembari mengangkat tangan ke udara. "Lo cuma harus cari cara biar dia bisa tunduk dan patuh sama lo," lanjutnya.
Setelah memastikan dirinya bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja dan semestinya, Elena mencoba kembali tidur. Dan akhirnya dia pun terlelap juga.
Pagi ini di sekolah seperti biasa, yang berbeda hanyalah kantong mata Elena seperti panda yang habis kena gebukan. Menghitam dan besar sangat tidak kontras dengan kulitnya yang putih.
"El, tuh mata kenapa coba? Kayaknya lo perlu ke salon deh nanti pulang sekolah!" Elena enggan menjawab celotehan dari Alisa, memilih menelungkupkan wajahnya di meja dengan melipat tangan sebagai bantalan.
"Kemarin lo berantem sama Elang? Gue tahu dari anak-anak di grup udah pada gosipin kalian."
"STOP! Jangan ngomong soal itu lagi kalau lo masih mau makan hari ini!" Alisa mendesah berat dia cukup memahami bagaimana sikap keras Elena, memilih meninggalkan sahabatnya itu bersama Shiren untuk pergi ke kamar mandi.
Pelajaran bu Arini kali ini benar-benar tidak diindahkan Elena memang bukan kali ini saja bahkan hampir setiap hari Elena hanya duduk di bangku tanpa sedikitpun memasukkan materi di otaknya, apalagi ditambah kantuk benar-benar menyerang tubuhnya karena semalaman begadang hanya untuk memikirkan ucapan Elang yang sungguh tidak penting itu. Sekarang dia merasa konyol dengan pikirannya sendiri.
"ELENA!" Tegur bu Arini. Guru mata pelajaran Sejarah.
Gadis itu terkejut dan terduduk tegap di bangkunya, Alisa selaku teman sebangku sudah memberitahu Elena bahwa Bu Arini sudah mendekat sayang sekali gadis itu tidak menggubrisnya malah memilih melanjutkan tidur paginya.
"Keluar kamu, jangan ikut mata pelajaran saya!" Elena memutar bola mata malas menatap gurunya yang sedang marah, sungguh tidak bisa dikatakan perbuatan yang sopan, dia berdiri kemudian berjalan keluar kelas tanpa sepatah kata apapun. Lagipula yang menyuruh keluar guru itu sendiri bukan dirinya yang mau.
Gadis itu bingung akan kemana dirinya setelah keluar kelas. Koridor sepi sekali maklum pelajaran baru saja dimulai, ke UKS tidak mungkin pasti banyak dokter disana dan dia tidak sedang sakit apapun untuk mendapat ceramahan dia juga muak, dia hanya ingin tidur saja, bahkan sudah beberapa kali dia menguap. Sepertinya lampu terang menghiasi otak cantiknya, satu-satunya pilihan yang dia yakini pilihan yang tepat adalah tidur di perpustakaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/131843284-288-k665554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG & ELENA
Teen Fiction[COMPLETED] Elang cowok tampan tak tersentuh dia penyendiri. Buku buku tebal selalu menemaninya. Dia sama sekali tidak culun hanya saja dia menjauhi segala jenis manusia urakan. Termasuk Elena cewek cantik tajir primadona di sekolah, tapi sayang di...