Seminggu.
Ini sudah seminggu setelah kejadian itu terjadi.
Dan selama seminggu juga itulah Adel tidak berniat melakukan apapun.
Adel hancur.
Sangat.
Siapa yang tidak akan hancur hatinya saat memergoki pacarmu sedang bersama dengan sahabatmu sendiri?
Adel bahkan sempat berpikir bahwa ia tidak akan bisa memaafkan kedua orang yang Adel anggap telah merusak hidupnya tersebut.
Seminggu ini Adel benar-benar hancur dan menyiksa dirinya.
Tidak kuliah.
Tidak makan.
Tidak keluar kamar kostannya sama sekali.
Siapapun yang melihat Adel pasti menyangka gadis itu adalah mayat hidup.
Karena wajah gadis itu menirus, pucat, kantung matanya bertambah hitam, matanya bengkak karena terlalu lama menangis, rambutnya berantakan.
Adel juga tidak ingin bertemu siapapun.
Bahkan Daniel.
Ia benar-benar mengurung dirinya.
Sudah seminggu Ong menunggu Adel di depan kelas tapi tidak juga mendapati gadisnya itu.
Bertanya ke Intan pun juga tidak membuahkan hasil karena Intan juga tidak tahu menahu.
Ong belum cerita ke siapapun masalah ini, karena Ong yakin ia masih bisa mengatasi masalah ini sendiri.
Tanpa bantuan dari siapapun.
Ini sudah seminggu Ong melamun menatap hp nya sambil berharap ada chat balasan dari Adel.
Sudah seminggu Ong mencoba menelfon gadis itu tapi hasilnya nihil.
Karena Adel mematikan hp nya.
Ong sama hancurnya dengan Adel.
Ia tahu kemarin itu adalah hal terjahat yang pernah dilakukannya ke Adel.
Dia menyesal.
Sangat.
Maka dari itu dia terus mengejar-ngejar Adel agar gadis itu bisa memaafkannya dan hubungan mereka kembali normal seperti semula.
Tapi Ong tau itu bukanlah hal yang mudah karna Adel sampai sebegitu marahnya waktu itu.
Adelnya sampai membanting barang dan berteriak-teriak marah sampai menjambak rambut orang lain.
Adelnya tidak pernah melakukan seperti itu.
Dan jika Adel sudah melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan, Ong tau Adel sudah mencapai batas kesabarannya.
Ya.
Betul.
Ini semua salah Ong karna berani melakukan hal yang harusnya tidak dilakukan itu.
Salah Ong karna telah menyentuh titik batas kesabaran seorang Adel.
Ong tau Adel pasti sangat membenci dirinya.
Karna Ong juga sama.
Membenci dirinya sendiri.
Sudah seminggu belakangan ini Ong dirundung rasa bersalah yang tak ada habis-habisnya.
Sampai bingung ia harus bagaimana.
Ia sudah mengabaikan Karin yang masih terus-terusan mendekatinya.
Tapi itu rasanya masih belum cukup.
Ia ingin melakukan hal lebih lain yang bisa membuat dirinya lega.
Dan kalian juga perlu tahu, tidak hanya Adel yang kurang tidur.
Ong juga.
Selama ini Ong memang insomnia tapi tidak separah sekarang.
Siklus hidupnya berantakan banget.
Makannya tidak teratur.
Tugasnya terbengkalai.
Sampai harus Minhyun yang mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
Ong juga jadi sering telat datang ke kampus sampai beberapa kali dimarahi dosen.
Namun kemarahan dosennya tidak sebegitu berpengaruh ke dalam dirinya daripada kemarahan Adel.
Kalian juga jangan tanya.
Ong juga suka menangis saat malam hari sambil mabuk.
Merutuki kebodohan yang dilakukannya.
Mengkhianati kepercayaan yang sudah sepenuhnya Adel berikan kepadanya.
Tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik perempuan lain bahkan sampai nekat mendekatinya.
Terlebih perempuan lain yang ia dekati itu adalah sahabat dari pacarnya sendiri............
Kalian boleh berkata Adel lebay atau berlebihan atau alay.
Tapi memang itulah faktanya.
Putus cinta benar-benar membuatnya hilang arah.
Bahkan sempat terlintas di pikiran Adel untuk bunuh diri saja.
Karna untuk apalagi hidupnya dijalani?
Orang yang ia paling percaya sudah mengkhianatinya.
Orang yang selama ini selalu menjadi tempat bersandar dan bergantung telah pergi dengan sendirinya.
Jadi, untuk apa ia hidup?
Tapi Adel sekali lagi tau, bukan hanya dirinya yang sangat terluka.
Ada orang lain.
Entah itu Daniel atau Ong.
Jujur, Adel masih merasa mengambang ketika melamun, memori tentang masa-masa hubungannya masih baik dengan Ong suka terlintas di otaknya.
Gadis itu sampai harus memukulkan kepalanya agar kenangan dirinya bersama Ong hilang dari ingatannya.
Adel tau ia seperti orang gila.
Ia sadar betul.
Tapi memang begitulah jika kamu putus cinta.
Adel kira Adel tidak akan mengalami putus cinta dimana sampai ia ingin mati saja rasanya.
Tapi Adel salah.
Semua orang pasti akan mengalami dan kali ini Adel yang kebagian pengalaman pahit itu.
Kadang Adel berpikir, kenapa waktu itu dia tidak selingkuh juga dengan Daniel?
Padahal jelas Daniel berkali-kali menyatakan suka dan mengajaknya jadi pacar.
Tapi Adel selalu menanggapi itu dengan bercandaan.
Adel berdiri dengan lemas dan menyeret kakinya ke cermin besar yang tergantung di dinding kamar kostannya.
Menatap pantulan dirinya yang sangat berantakan.
Adel mendengus tertawa kemudian mengusap wajahnya.
"Kamu harus move on, Del. Secepetnya. Jangan galau berlarut-larut karna nanti dua orang itu malah tambah seneng liat kamu sedih" kata Adel bicara kepada pantulannya di cermin.
Kemudian Adel tersenyum samar sambil menepuk-nepuk pipinya, "Kamu pasti bisa" gumamnya kemudian tersenyum lebar.