01. Pertemuan

27.9K 1.9K 152
                                    

Kira-kira, sudah hampir lima belas menit lamanya Jungkook terdiam. Matanya hanya memandang—seakan—gundah ke arah beberapa kardus di hadapannya yang masih terbungkus rapih. Jungkook murka, karena bukan ini pemandangan yang seharusnya dia dapatkan ketika dirinya sampai di flat.

Sialan, Hoseok hyung. Batinnya mengamuk.

Tadi siang, Jungkook menghubungi Hoseok, kakak sepupu terdekatnya yang telah lama menetap di Seoul. Dia meminta bantuan untuk membereskan barang-barang di flat barunya. Jungkook juga sebenarnya terpaksa meminta bantuan Hoseok, karena ada keperluan mendadak di kampus yang tidak bisa dia tinggal. Semacam keperluan untuk mahasiswa baru yang mungkin berhubungan dengan berkas-berkas kepindahannya.

Namun, lihatlah pamandangan yang dia dapatkan sekarang. Ketika Jungkook melangkah masuk ke flat baru miliknya, satu-satunya hal yang menyambut kedatangannya hanyalah tumpukan kardus yang masih terbungkus rapih. Semuanya masih persis seperti apa yang dia ingat, sebelum dirinya pergi ke kampus siang ini. Ah, yang berbeda hanyalah eksistensi dua kantong plastik berisikan makanan ringan dan minuman rasa, yang sudah jelas itu dari Hoseok.

Demi apa pun, Jungkook lelah, sungguh. Dia baru saja tiba dari Busan dan nekat mengendarai mobilnya sendirian. Mengendarai mobilnya seorang diri dengan banyak kardus di bagasi hingga jok penumpangnya, bayangkan betapa lelah harinya itu. Sebagai tambahan informasi, pria itu berkendara dari Busan hingga ke Seoul dengan estimasi waktu lebih dari 4 jam. Tidak ada salahnya kalau dia berharap sepupu kesayangan eomma-nya itu bisa sedikit meringankan bebannya. Misalnya, dengan membantu membereskan flat milik Jungkook. Sayangnya, Jungkook lupa kalau terkadang kakak sepupunya tidak bisa diharapkan.


Hoseok Hyung

Kook-ah, kamu sudah di flat-mu?
Jungkookie, mian. Aku ada urusan di studio, benar-benar penting. Maaf tak bisa membantu membereskan flat barumu. Besok akan aku bantu, hyung janji.
Read 19.48


Ya, itu pesan singkat dari hyung tersayangnya. Ralat, kesayangan sang eomma.


Hoseok Hyung

Ah, aku belikan beberapa camilan dan minuman. Sekali lagi, maaf ya dongsaeng-ku.
Read 19.50


Ah mati sajalah, hyung. Jungkook membatin.

Tidak, Jungkook tidak benar-benar mendoakan Hoseok untuk mati. Memang begitulah dirinya. Cara bicaranya suka asal saja, karena mengumpat itu sudah jadi kegiatan rutin untuk Jungkook. Seru sih, menurutnya begitu. Bahkan, terkadang orang-orang terdekatnya pun tidak mengerti sifat ajaibnya.

Jungkook bukan bocah berandalan kok. Bukan juga pecandu alkohol atau anak muda yang suka pesta narkoba. Bocah itu hanya suka mengumpat. Bahkan, hobi kurang ajarnya itu juga diterapkan saat berbicara dengan orangtuanya.

Sang eomma sudah hafal betul sifat anaknya yang satu itu. Kalau anaknya sudah berulah, beliau hanya bisa memukul kepala anaknya dengan dompet kulit tebal berwarna cokelat yang selalu dibawa ke mana-mana.

Jungkook, itu si bocah ingusan yang bisanya mengumpat kepada orang lain dari segala usia, tua atau muda tidak ada bedanya. Penyuka minuman kaleng bersoda dan susu pisang. Anak cerdas, namun wajahnya tidak berekspresi. Rela tidak tidur hingga pagi, hanya demi main overwatch. Marah, sedih, kesal, senang, wajah dan nada berbicaranya tetap datar.

FLAT 202; The Fall | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang