39. Menghindar

3.6K 594 198
                                    

Taehyungie-ku

Susu pisang, aku rindu. Tolong temui aku sebentar saja, ayo kita bicarakan masalah ini bersama-sama. Aku mohon....

Entah sudah berapa banyak pesan yang Taehyung kirimkan sejak pagi tadi, Jungkook tidak menghitung. Nama itu, Taehyung, nama yang sebenarnya tidak ingin Jungkook lihat ataupun dengar untuk saat ini. Nama yang paling Jungkook hindari, sebisa mungkin dirinya tidak usah mengingatnya untuk beberapa saat saja—namun tentu saja tidak bisa. Rasanya terlalu sakit bahkan hanya dengan melihat nama itu pada notifikasi ponselnya.

"Yah, bocah tengil. Kamu tidak ada kelas?" kata Hoseok sambil melempar satu kaleng soda ke arah Jungkook. "Aku bolos." jawabnya enteng.

Lalu kepalanya sukses terkena pukulan satu bungkus cumi kering yang hendak Hoseok makan. Hoseok tidak habis pikir, anak itu begitu mudah menjawab kalau dia membolos. Karena Jungkook bukan anak yang seperti itu, dia tidak suka melewati satu kelas pun. kecuali dirinya sakit hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur.

"Bukannya pameranmu sudah dekat? Jangan banyak bertingkah, ingat kalau kamu kuliah di sana atas rekomendasi dosen di kampus lamamu." ya, ceramah Bapak Jung Hoseok dimulai kawan-kawan.

"Hyung, aku sedang pusing. Diam saja kamu, jangan berisik dan membuatku tambah pusing."

Jeon Jungkook si anak kurang ajar kembali lagi, membuat Hoseok sedikit khawatir. Padahal sudah beberapa bulan ini anak itu tampak lebih manis. Apalagi kalau sudah menyangkut urusan dengan Kim Taehyung, lembut sekali bocah ini.

Biasanya Jungkook akan fokus dengan ponselnya setiap kali dirinya sedang tidak bersama dengan Taehyung. Tapi kini Jungkook tidak begitu tertarik dengan ponsel pintarnya itu. Dia geletakkan ponselnya di atas meja. Hoseok juga memperhatikan kalau dari tadi ada pesan masuk, entah dari siapa. Hoseok jadi curiga kalau adik sepupunya ini memiliki selingkuhan.

Dia perhatikan lagi adik sepupunya yang sedang sibuk dengan tumpukan amplop berisi undangan pamerannya. Sekali lagi ponselnya berbunyi, bersamaan dengan pemberitahuan pesan masuk pada layar ponselnya. Kalau saja Hoseok duduk sedikit lebih dekat, dia pasti bisa melihat siapa orang yang dari pagi tadi tidak berhenti menghubungi Jungkook. Kalau benar itu selingkuhannya, Hoseok sudah siap memandikan Jungkook dengan saus tartar saat itu juga. Tenang Hoseok hyung, yang menghubungi Jungkook hanya satu orang kok. Dia Kim Taehyung.

"Ah, Bibi Jeon menghubungiku. Katanya ponselmu mati semalaman?"

Jungkook mengangguk. "Eoh, aku matikan."

"Sudah kamu hubungi kembali?"

Kali ini kepalanya menggeleng. "Belum."

"Anak bodoh, segera hubungi ibumu."

Jungkook tidak siap untuk menghubungi sang ibu, karena pasti topik utama yang dibicarakan adalah Taehyung. Orang pertama yang ditanya oleh ibunya adalah Taehyung, hal pertama yang ditanyakan adalah kabar anak manis itu. Lalu akan berakhir dengan pertanyaan lainnya. Misalnya: "Ke mana Taehyungie? Eomma ingin bicara, rindu sekali."

Kalau sudah begitu Jungkook harus menjawab apa?

Kami sudah putus, eomma. Bisa-bisa eomma Jeon langsung berangkat ke Seoul saat itu juga. Meminta penjelasan secara langsung. Atau mengunci Jungkook dan Taehyung di kamar semalaman, agar kedua anak itu bisa menyelesaikan masalah secepatnya. Tapi Jungkook tidak bisa—belum bisa—menemui Taehyung untuk saat ini. Takut kalau dirinya masih begitu marah dan emosi, nanti malah akan semakin menyakiti mereka berdua, atau orang lainnya—Jimin dan Yoongi.

Jadi, biarkanlah ada sedikit jarak antara mereka berdua. Masalah bagaimana akhirnya, biarkanlah waktu yang menjawab. Karena, walaupun otak Jungkook memaksa untuk meninggalkan, bila pada akhirnya hati itu tetap milik Taehyung maka dia akan kembali pada pemiliknya. Biarkan dulu mereka berjauhan sejenak, biarkan mereka merindu, sampai rasa rindu itu tidak dapat mereka tampung lagi. Sampai kaki mereka akan berlari untuk menghampiri satu sama lain. Mendekap tubuh satu sama lain—lagi, dan akan terus begitu. Namun bukan hari ini, not today teman-teman.

FLAT 202; The Fall | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang