44. Hidup Normal Tanpa Jungkook

5K 627 106
                                    

Taehyung menulis dengan besar moto hidupnya yang baru. Iya, menulis. Dia sungguhan menulis di papan tulis berukuran sedang di meja belajarnya.

Kemarin lusa dia pergi membeli sebuah white board, katanya untuk menuliskan jadwal dan target yang harus dia capai dalam waktu dekat. Taehyung ingin kehidupannya mulai teratur. Teratur dan tanpa ada Jungkook di dalamnya, lebih tepatnya. Taehyung tidak boleh terus-terusan terpuruk dalam kesedihan bukan?

"Umm, apa lagi ya yang harus aku tulis?"

Dia pandangi lagi papan putih berukuran sedang yang tergantung di atas meja belajarnya itu. Dia ketuk-ketuk dagunya menggunakan spidol yang sedang dipegang. Mata besar dan lucu itu menatap satu-satunya kalimat yang ada di papan putih itu sebentar, lalu dia kerucutkan bibirnya sambil dihapuslah tulisan itu. Cih, hidup normal tanpa Jungkook itu apa? Taehyung tidak mengenal hal itu.

Jadwal Aktivitas Taetae!

1. Bangun pukul 6.30 pagi.

2. Melakukan peregangan otot

3. Mencuci wajah dan menyikat gigi

4. Membuat sarapan (sereal coklat kesukaanku!) dan secangkir

cokelat panas

Setelah itu dia kembali bingung ingin menuliskan apa lagi. Selama ini hidup yang dijalani bersama Jungkook tidak pernah dia rencanakan. Semuanya dijalani begitu saja, mengalir seperti air kalau kata orang jaman dahulu. Taehyung membiarkan setiap hari yang mereka lalui penuh dengan kejutan-kejutan kecil dan pengalaman baru yang menyenangkan setiap harinya. Kenangan indah yang dia lalui bersama Jungkook itu terlalu banyak, bagaimana bisa dia berpikir untuk hidup tanpa pria itu? Hidup tanpa susu pisang? Kalian pasti becanda.

Taehyung mungkin seperti raga tanpa adanya jiwa. Dia hidup namun seperti mati, karena terasa begitu kosong dan hampa. Seperti beberapa tahun lalu, setiap hari dia hidup namun terasa seperti terjebak di dalam ruangan gelap yang kosong. Jungkooklah yang menariknya keluar dari ruangan sialan itu. Jadi, bagaimana bisa Taehyung kembali ke dalam sana kalau seseorang berharga bisa menariknya keluar dari kehidupannya yang dulu itu?

"Ah, aku rindu susu pisaaaang. Rindu sekali. Sayang susu pisang, sayang sekaliiiii. Tapi kini dia menyebalkan, aku harus apa?"

"Balas dendam saja hyung, buat susu pisang hyung kapok." saut si bocah minor nomor dua, alias Jinyoung.

Anak itu main masuk saja ke kamar Taehyung saat dia mendengar hyung manisnya itu sedang berbicara sendiri. Niat awalnya sih ingin mengajak Yeontan dan Franklin main, tapi rasa keingintahuan alias kekepoannya yang luar biasa itu kadang tidak bisa dia tahan. Jadi dia masuk saja sesuka hati dan menyahuti perkataan Taehyung barusan yang penuh dengan nada frustasi.

"Jinyoung-ah, kamu mengagetkan hyung, tahu!"

"Hyung, susu pisang hyung masih mencintai hyung. Beri saja dia pelajaran sedikit. Buat dia kapok dan takut akan kehilangan hyung sungguh-sungguh, percaya padaku."

Kali ini nada dan ekspresi bocah itu serius sekali. Taehyung sampai bergidik ngeri dan menggelengkan kepalanya pelan. Bahkan dia mundur beberapa langkah ke belakang, sudah seperti bertemu dengan seorang penjahat saja. Tidak percaya dengan barusan apa yang didengar dan dilihat, Jinyoung tidak pernah seserius ini sebelumnya. Ah, adik kecilnya kini sudah tumbuh dewasa ternyata.

"Jinyoung-ah, hyung t-tidak mengerti."

Dan, sial, bocah minor itu malah tersenyum jahil ke arah Taehyung sekarang. Seseorang tolong selamatkan Taehyung dari anak bocah di hadapannya itu, takut kalau hyung cantiknya malah diajarkan yang tidak-tidak. Tentu saja, dia Jinyoung, si anak minor yang sering kali diam-diam mengejutkan banyak orang dengan pola pikir dan ide-ide anehnya.

FLAT 202; The Fall | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang