48. Sebuah Pelukan Rindu

4.9K 533 161
                                    

Tetap di sini, kumohon. Empat kata yang keluar dari mulut Jungkook itu berhasil membuat Taehyung membeku. Tubuhnya seketika terdiam, seperti terhipnotis mendengar suara—hampir bisikan—dari Jungkook tadi. Tanpa perlu otaknya memproses terlebih dahulu tubuhnya pun sudah mengikuti kemauan Jungkook. Taehyung pasti akan tetap tinggal, karena ada Jungkook di sana.

"Temani aku, Taehyung-ah."

Taehyung mengangguk pelan, mata besarnya sudah mulai berair. Namun sebisa mungkin dia menahannya di depan Jungkook. Karena Taehyung ingin menjadi kuat untuk Jungkook yang sedang rapuh saat ini. Taehyung ingin berpura-pura kuat demi susu pisangnya.

Lalu dia bungkukkan sedikit badannya, menyetarakan dengan tinggi kasurnya. Tangan mereka masih bertautan, bahkan kini Taehyung menggenggamnya dengan erat. Seakan-akan besok dia tidak bisa menggenggam tangan itu lagi. Satu telapak tangannya ditempelkan pada kening Jungkook, memeriksa suhu badan pria itu.

"Aku di sini, susu pisang. Aku tidak pergi ke mana-mana." kata Taehyung.

Diusap poni Jungkook yang sedikit basah karena handuk pengompres yang bercampur dengan keringat. Suhu tubuhnya tinggi semalaman, badannya bergetar saat tertidur dan peluhnya tidak berhenti menetes. Taehyung tahu kalau susu pisangnya tidak tidur dengan nyaman malam itu.

Kini mata Jungkook terbuka lebih lebar, hingga sosok Taehyung di hadapannya itu bisa dia lihat dengan sangat jelas. Malaikat yang sangat dia rindukan kini berada di hadapannya. Tangan mereka bertautan, matanya beradu tatap tanpa perlu saling menghindar, hari itu mereka membuang ego yang sudah terlalu lama menguasai diri mereka. Kini hati mereka menang, hati dan perasaan mereka berhasil mengalahkan ego. Taehyung dan Jungkook akhirnya pulang.

"Taehyung, maaf—" belum juga Jungkook selesai berbicara, Taehyung sudah memotong kalimatnya. "—kamu kenapa meminta maaf, Susu pisang? Memangnya kamu punya salah denganku, hm?"

Taehyung tersenyum, teduh sekali yang malah membuat dada Jungkook semakin nyeri. Jungkook terlalu bodoh dan pengecut selama beberapa bulan ini. Padahal dia tahu betul kalau dirinya memang tidak mungkin bisa hidup tanpa ada Taehyung di sisinya.

"Aku rindu kamu, rindu sekali. Tapi aku bodoh." ucapnya.

Air mata yang dari tadi Taehyung tahan sudah tidak dapat tertampung lagi di pelupuk matanya. Dia menumpahkan semuanya saat itu juga. Air matanya turun, membanjiri pipinya bak hujan di bulan september. Taehyung menangis sejadi-jadinya sampai dia pukul-pukuli lengan Jungkook dengan pelan. Rasanya lupa kalau susu pisangnya sedang terbaring dengan lemah sejak tadi malam.

"Iya!! Susu pisang, kamu itu bodoh sekali. Kamu bodoh, kamu bodoh, kamu bodoh!!"

"—aku tahu aku mem—"

"Sst—diam dulu! Aku belum selesai memarahi kamu, tahu!"

Jungkook diam lagi, membiarkan Taehyungnya melanjutkan omelannya.

"Kamu bodoh, tapi aku sayang si bodoh ini. Kamu bodoh, tapi aku juga tidak kalah bodoh. Kita berdua bodoh, tapi kamu pokoknya lebih bodoh. Aku rindu kamu, sangat, sampai rasanya ingin mati, tahu tidak?"

"Jangan bicara sembarangan tentang mati, Kim Taehyung."

"—aku rindu kamu, susu pisang. Rindu sekali." kata Taehyung lagi, mengabaikan kalimat peringatan Jungkook barusan.

"Aku tahu, aku juga rindu."

Taehyung masih menangis sambil bersimpuh di lantai, berusaha agar posisi badannya tetap setara dengan Jungkook yang berbaring di atas kasur. Entah kenapa Taehyung bisa tetap terlihat indah dan menggemaskan saat sedang menangis. Jungkook masih sempat untuk memikirkan hal ini.

FLAT 202; The Fall | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang