06. Roti Panggang Selai Cokelat

7K 1K 147
                                    

Untuk pertama kalinya Jungkook menginjakkan kakinya ke dalam flat bernomor 202. Setelah pertemuan canggung antara Taehyung, Hoseok dan Jimin yang masih membuat Jungkook bingung hingga sekarang. Dia tetap bertanggung jawab mengantar tetangganya itu hingga ke dalam flat miliknya. Oh, tentu saja Jungkook tidak sendirian, karena Park Jimin ada di sana. Pria itu yang sedari tadi memberi tatapan tidak bersahabat ke arahnya.

Pikiran Jungkook kembali melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu. Dia ingat sekali bagaimana ekspresi wajah Taehyung yang menyendu saat melihat Hoseok, sedangkan Jimin terlihat kaget dan marah. Jungkook yakin kalau ada sesuatu yang terjadi di antara ketiga orang itu, dan dia tidak mengetahui apakah hal tersebut.

Beberapa kali Jungkook mencoba mencuri pandang ke arah kamar Taehyung. Park Jimin sedang mengantar anak itu ke kamarnya untuk beristirahat. Meninggalkan Jungkook sendirian di ruang tengah dan duduk dengan kikuk di atas sofa berwarna putih milik Taehyung. Jungkook terpaku sebentar. Dia melihat bagaimana Jimin memapah Taehyung ke atas tempat tidur. Betapa telatennya Jimin ketika membenarkan letak bantal dan selimut untuk pria manis itu. Jungkook melihat jelas bagaimana cara Jimin memperlakukan Taehyung dengan penuh kasih sayang.

Jimin langsung menghampiri Jungkook ke ruang tengah, setelah selesai dengan urusan menidurkan Taehyung—dalam arti yang sesungguhnya—ke dalam kamarnya. Mereka berdua memiliki urusan yang harus diselesaikan. Sahabatnya itu tiba-tiba saja menghilang di pagi hari, lalu pulang dalam keadaan lemas di pelukan Jungkook. Jimin tentu tidak akan membiarkan penculiknya—Jungkook—lolos begitu saja.

Hah, agaknya Jungkook mulai jengkel saat ini. Padahal yang memaksa ikut saja Taehyung sendiri. Alih-alih menculik, Jungkook malah lebih ingin membuangnya jauh-jauh dari kota Seoul. Supaya Taehyung tidak kembali lagi ke flat, jadi tidak berisik dan tidak ada yang mengganggunya.

Eh, kamu tidak boleh begitu kook. Nanti kamu rindu~

"Coba jelaskan, kenapa Taehyung bisa menghilang seharian ini? Kamu bawa ke mana Taehyungie-ku? Kenapa dia pulang dalam keadaan seperti itu?" Jimin mencecar Jungkook dengan rentetan pertanyaan. Pantatnya baru saja mencium bantalan sofa kecil yang ada di ruang tamu flat milik Taehyung.

"Apa yang harus dijelaskan?" Jungkook bertanya balik.

"Semuanya. Pokoknya, ceritakan semuanya."

"Duh... apa yang harus diceritakan sih?"

"Tunggu dulu, aku kesal melihat wajahmu. Bisa tidak kalau berbicara jangan sok seperti itu. Segala memasang ekspresi datar. Dengar ya, aku juga kesal—marah lebih tepatnya, ta—" belum selesai itu perkataan Jimin, Jungkook langsung menyerobot. "Berisik sekali. Wajahku memang begini."

"Heol, mana mungkin."

"Terserah."

"Oke. Kembali lagi ke pertanyaanku. Bagaimana Taehyung bisa menghilang hari ini?"

"Dia mengikutiku."

"Bohong." jawab Jimin secepat kilat. Tentu saja Jimin tidak akan percaya dengan perkataan si pria asing ini. Taehyung itu anak manis, baik dan disukai banyak orang, namun dirinya tidak begitu mudah merasa nyaman berdekatan dengan orang lain.

"Terserah kalau tidak percaya."

"Dalam rangka apa Taehyung mengikutimu?"

Jungkook menggeleng. "Tidak tahu. Dia hanya mengikutiku ke sana dan kemari, seperti anak anjing."

"APA?! TAEHYUNGIE-KU DISAMAKAN DENGAN ANAK ANJING?"

Memejamkan matanya selama dua detik, sekan hal itu adalah sebuah tindakan yang tepat. Laki-laki di depannya ini berteriak kencang sekali. Suaranya sih tidak menakutkan, tapi berisik, terlalu melengking. Gendang telinga Jungkook jadi sakit.

FLAT 202; The Fall | KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang