I don't care how complicated this gets..
I still want you..
***
"Kau sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.." Jeongguk menatap Yeri yang sedang tertunduk dalam-dalam. Mengalihkan pandangannya pada kedua sepatunya yang terasa lebih baik daripada menatap mata tajam milik Jeongguk yang kini menatapnya intens.
Jeongguk menaikkan dagu gadis itu agar gadis itu juga balas menatapnya. Dan dapat Jeongguk lihat dengan jelas bekas air mata disana, dan juga kedua mata milik Yeri kelihatan sedikit bengkak karena terlalu lama menangis.
Jeongguk memejamkan matanya menahan gelisah saat melihat tubuh gadis itu mulai bergetar karena terisak. Tanpa berkata apapun, ia pun praktis merengkuh tubuh mungil itu dalam pelukannya. Kedua tangannya mengurung sempurna tubuh mungil itu. Membentengi sang pemilik tubuh dari kejamnya rasa sakit yang bernama kehilangan. Semakin erat pelukan Jeongguk, semakin keras pula tangisan gadis itu.
"Keluarkan sebisamu, hanya ada kita disini... Aku akan menyembunyikannya. Aku akan selalu bersamamu.." Jeongguk membelai punggung lemah itu dengan segenap rasa penyesalan yang ia punya. Ia menyesal, ia begitu menyesal karena ia terlambat berdiri di samping Yeri. Terlambat memberikan pelukan ketenangan saat gadisnya itu membutuhkannya.
Dan disinlah mereka berada, di rooftop apartment dorm milik Yeri. Tempat teraman kedua setelah markas The Squad yang dapat ia gunakan untuk tempat bertemu dengan Yeri secara diam-diam. Sebenarnya tidak bisa juga dibilang aman, karena bisa saja member Yeri maupun manajernya tiba-tiba naik hingga rooftop atau tiba-tiba berpapasan dengannya saat ia lewat. Tapi Jeongguk sudah tidak peduli lagi, baginya ia harus segera memberi ketenangan pada gadisnya. Gadis itu kesakitan, dan sudah menjadi keharusan bahwa ia harus berdiri di sampingnya. Ia tidak mau menyesal lagi seperti beberapa waktu yang lalu.
Yeri masih terus menangis dan Jeongguk masih setia membelai punggung gadis itu naik turun, memberikan rasa ketenangan sebisanya. Tangis Yeri begitu menyakitkan untuknya. Hati Jeongguk ikut sakit saat ia hanya bisa diam tanpa melakukan apapun saat melihat Yeri berbalik badan dan menangis di belakang unnie-unni-nya. Bahkan saat ia turun dari panggung, dan tiba di backstage ia sudah bertekad untuk menghampiri Yeri. Namun, V menahannya.
"Jangan bodoh!" bisik V tajam. Jeongguk meronta dan berusaha melepaskan cengkraman erat V di lengan kirinya.
"Lalu aku harus membiarkannya begitu saja? Tidak!" balasnya dengan suara menggertak.
V menipiskan bibirnya menahan marah. Dengan kasar ia menyeret Jeongguk berjalan mendahului membernya dan para artis lain termasuk Red Velvet yang berjalan tidak jauh di depan mereka.
"Lepaskan aku!" Jeongguk terus meronta dan V semakin mencekalnya erat.
V melihat toilet yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, dan tanpa pikir panjang ia pun praktis mendorong Jeongguk untuk masuk ke dalam. Dengan terlebih dahulu menutup dan mengunci pintunya, V kemudian berbalik menatap Jeongguk tajam sambil bersidekap.
"Jeongguk-ah, kendalikan dirimu.." ucap V pelan.
Jeongguk meremas rambutnya frustasi, lelaki itu kemudian berteriak sambil memukul-mukul udara.
"Dia anak baik, banyak yang menyayanginya. Untuk sekarang banyak yang sudah memberinya ketenangan, kau tidak perlu khawatir." V menepuk salah satu pundak Jeongguk.
"Dua kali hyung? Dua kali dan aku hanya diam seperti orang bodoh dan tidak dapat melakukan apapun!"
"Tapi ini bukan saatnya, kau mau cari mati? Kalau mau mati, mati saja sendiri! Jangan ajak gadis itu!" V menaikkan suaranya. Adiknya yang satu ini memang perlu dipukul agar ia sadar, bahwa sifat egoisnya benar-benar tidak berguna di saat-saat yang seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Jungri)
Fanfiction"Ketika aku memutuskan untuk menerimamu kembali, aku sudah menegaskan pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan diriku tersakiti lagi. Dan ketika kau memutuskan untuk kembali padaku, itu artinya kau sudah merelakan dirimu untuk terjebak disini, ber...