"Bagaimana keadaannya eomma?" tanya Yeri setelah meletakkan barang-barang bawaannya di salah satu sofa ruang tengah milik keluarga Jeon.
"Jeongguk masih tidur. Panasnya sudah menurun Yeri-ah. Tidak perlu khawatir." jawab ibu Jeongguk.
"Syukurlah. Oppa tidak mengatakan apapun sejak aku berpamitan akan berangkat kesini. Dan aku benar-benar khawatir saat eomma membertitahuku kalau oppa sedang sakit." ibu Jeongguk tersenyum maklum. Wanita paruh baya itu kemudian memberikan pelukan sayangnya pada Yeri. Mengelus rambut gadis yang paling disayangi putranya itu dengan lembut.
"Dia baik-baik saja sekarang. Ia sudah tidur cukup lama, mungkin sebentar lagi juga bangun. Jangan khawatir."
Ibu Jeongguk melepaskan pelukannya dan beralih merapikan rambut Yeri yang sedikit berantakan. Matanya masih terus memandangi Yeri dengan pandangan sayangnya.
"Kau mau melihatnya? Dia pasti senang sekali kau sudah datang." Yeri balas tersenyum. Gadis itu kemudian mengangguk.
"Ya. Apa aku boleh pergi sekarang?"
"Tentu sayang. Pergilah. Eomma akan menyiapkan makan siang." setelah diberi kecupan singkat oleh ibu Jeongguk, Yeri kemudian bergegas menuju ke kamar Jeongguk.
Jantungnya semakin berdegup kencang seiring langkahnya yang kian mendekat pada pintu kamar Jeongguk yang tertutup rapat. Dengan tangan sedikit gemetar, gadis itu menarik pelan kenop pintu kamar tersebut.
Disambutlah ia dengan pemandangan Jeongguk yang sedang tidur pulas dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh lelaki itu hingga ke lehernya.
Yeri semakin berjalan mendekat, dan dapat Yeri lihat dengan jelas wajah pucat Jeongguk yang seketika mengusik perasaannya.
Jeongguk masih terlihat tampan seperti biasanya namun yang membuatnya tak nyaman adalah saat mendapati ekspresi lelaki itu yang seperti sedang menahan kesakitan dalam tidurnya.
Jeongguk menggerak-gerakan kepalanya ke kanan kiri sambil merintih. Yeri segera sigap duduk di sisi kosong ranjang lelaki itu, membelai pelipis kekasihnya yang dipenuhi keringat dingin.
"Oppa... Ini aku..." bisiknya pelan.
Jeongguk perlahan membuka mata.
"Kau sudah datang?" tanya Jeongguk, lelaki itu kemudian bergerak untuk duduk tapi langsung ditahan oleh Yeri.
"Tetap diam disana. Kau masih pusing, jangan terlalu banyak bergerak."
Jeongguk mencebikkan bibirnya kesal. "Tapi aku ingin memelukmu." rajuknya.
"Aku benar-benar khawatir saat menerima telepon dari eomma tadi. Kenapa kau tidak bilang padaku lebih awal?"
Jeongguk terkekeh. Ia kemudian meraih jemari tangan Yeri yang terkepal, dengan pelan ia membuka kepalan tangan tersebut kemudian mencium telapak nya.
Dapat Yeri rasakan panasnya nafas Jeongguk disana. Jeongguk masih betah meletakkan bibirnya disana sambil memandanginya intens.
"Kau sudah minum obatmu?" tanya Yeri sambil merapikan anak rambut Jeongguk yang menutupi sebagaian wajahnya.
"Tadi sebelum aku tidur."
"Kalau begitu, aku akan mengambil makanan untukmu. Setelah itu makanlah kemudian minum obatnya.." Yeri memberikan kecupan singkat di dahi Jeongguk kemudian bergerak bangkit.
Langkah kepergian Yeri seketika berhenti karena Jeongguk dengan cepat menarik tubuhnya hingga jatuh tepat diatas tubuh Jeongguk.
Yeri berteriak kaget. Sedangkan Jeongguk kini malah sedang menatapnya dengan senyuman lebar. Tangan lelaki itu bahkan kini sudah bergerilya di bagian bawah balik kaos Yeri. Meraba kulit pinggang Yeri dengan gerakan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Jungri)
Fanfiction"Ketika aku memutuskan untuk menerimamu kembali, aku sudah menegaskan pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan diriku tersakiti lagi. Dan ketika kau memutuskan untuk kembali padaku, itu artinya kau sudah merelakan dirimu untuk terjebak disini, ber...