73. Yes..

4.1K 408 96
                                    

Yeri merapatkan jaket denimnya sembari melirik sesaat pada arloji yang terpasang di pergelangan tangannya. Lima belas menit sudah Yeri menunggu Jeongguk namun lelaki itu masih belum menunjukkan batang hidungnya. Padahal beberapa menit yang lalu Jeongguk mengatakan padanya bahwa ia sudah hampir sampai. Yeri menghela napas panjang, ia kembali memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan.

Malam ini, suasana kedai kopi tempat ia menunggu Jeongguk terasa sedikit lebih ramai dari biasanya. Membuat Yeri diam-diam merasa was-was jika ada yang mengenalinya, walaupun sebenarnya kemungkinannya sangat kecil karena saat ini ia menggunakan pakaian penyamaran lengkap yang hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya.

"Hey, tidak mau pindah ke ruang VVIP?"

Yeri mendongak, menatap Marco-si pemilik kedai kopi yang sedang ia kunjungi saat ini dan kebetulan juga lelaki itu adalah salah satu kenalan Jeongguk. "Sepertinya begitu.. Aku mulai tidak nyaman disini." jawab Yeri seraya tersenyum tipis.

Marco memasang wajah menyesal. "Oh maafkan aku, ayo lebih baik kau pindah sekarang sebelum tempat ini semakin ramai. Jika Jeongguk tahu kau merasa tidak nyaman di tempatku, sudah pasti ia akan membunuhku..." ucap Marco dengan nada takut yang dibuat-buat.

Yeri terbahak pelan, Marco pun mengisyaratkan Yeri untuk mengikuti langkahnya menuju salah satu ruangan VVIP yang tersedia dalam kedainya.

"Tumben sekali dia membiarkanmu menunggu cukup lama.." ucap Marco setelah ia membukakan pintu untuk Yeri dan mempersilahkan gadis itu masuk.

"Entahlah, dia bilang padaku kalau ia sudah dekat tadi. Tapi tidak tahu lagi, sampai sekarang belum juga sampai.." jawab Yeri sambil mendesah lesu.

"Mungkin ia mampir untuk membelikanmu sesuatu. Tunggu saja disini, aku akan memarahinya nanti.."ucap Marco sebelum akhirnya ia pamit meninggalkan ruangan.

"Hey!"

Marco hampir saja melayangkan tinjunya jika saja ia tidak menyadari bahwa lelaki yang baru saja menepuk punggungnya adalah Jeongguk. Marco menggeram kesal, sedangkan Jeongguk terlihat menatapnya dengan raut geli.

"Kau ini darimana saja? Dia sudah menunggumu dari tadi!" gerutu Marco.

Jeongguk tersenyum tipis seraya mengangkat buket bunga besar yang ia bawa di salah satu tangannya. "Membeli ini.." ucap Jeongguk santai. "Apa dia di dalam?"tanya Jeongguk dengan senyum sumringah di wajahnya.

"Iya, aku menyuruhnya pindah karena suasana kedaiku sedikit ramai. Bisa gawat jika ada yang mengenalinya.." kata Marco.

Jeongguk mengangguk paham. Ia menepuk kecil pundak Marco kemudian tersenyum tipis. "Okay, terima kasih Marco.. Keputusan bagus. Kalau begitu aku harus segera masuk sebelum dia semakin kesal."

Marco tertawa. "Dia sudah sangat kesal sepertinya. Ya sudah, kau masuk saja.. Kalau butuh apa-apa kau bisa menghubungiku langsung." ucap Marco yang dibalas anggukan oleh Jeongguk.

Setelah Marco pergi, Jeongguk pun akhirnya membuka pintu ruangan VVIP tersebut. Seperti yang diucapkan Marco tadi, Yeri benar-benar terlihat kesal sekarang. Gadis itu langsung berdiri dengan cepat dan menatapnya dengan bersungut marah.

"Selamat malam, cantik.." ucap Jeongguk dengan senyuman lebarnya. Dengan santai, lelaki itu merentangkan kedua tangannya seolah siap menerima pelukan. Tapi sayang sekali, sepertinya Yeri sedang tidak mood untuk melakukannya. Jadi alih-alih memeluk, gadis itu malah bersidekap seraya menatap Jeongguk dengan pandangan tajam.

Mine (Jungri) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang