36. Trauma

7.7K 534 51
                                    

Seperti mimpi.

Itulah yang ada di pikiran Yeri sekarang. Ia akhirnya merasakan tidurnya yang paling nyaman setelah melalui tiga minggu masa penyiksaan karena jauh dari lelaki di depannya ini.

Perlahan jemarinya terulur membelai wajah Jeongguk yang sedang berbaring tidur di sebelahnya. Jemarinya membelai lembut setiap inci wajah lelaki itu dengan hati-hati , mencoba menuntaskan rasa rindunya disana. Mendadak, air mata gadis itu meluruh. Ia merasa benar-benar tidak percaya ia bisa sedekat ini lagi dengan Jeongguk. Jantungnya berdegup kencang, perasaannya membuncah bahagia. Bahkan Yeri berani bersumpah, bahwa ia tidak pernah merasa sebahagia ini.

Rasanya lebih membahagiakan daripada kau memborong banyak penghargaan.

Karena ia tahu, Jeon Jeongguk lebih berharga dari itu. Tidak ada lagi yang ingin ia capai selain terus melihat lelaki itu bahagia. Bersamanya. Iya, bersamanya. Dan ia tidak akan mengulangi kebodohan itu dan kembali membuat lelaki itu jauh darinya. Ia tidak bisa jauh dari Jeongguk. Ia membutuhkan lelaki itu.

Tangan Yeri perlahan menelusuri dahi Jeongguk, turun pada kedua alis tebal kemudian kelopak mata turun menuju kedua pipi Jeongguk dan terakhir pada bibir merah lelaki itu. Tangan Yeri berhenti di sana, di sudut bibir lelaki itu. Jantungnya kembali berpacu. Ia merindukan itu. Ia merindukan rasa bibir itu menyatu dengan bibirnya.

Dan sayangnya, Jeongguk tidak akan mudah memberikan itu untuknya dalam saat ini. Ia bisa mengerti, meskipun Jeongguk mengatakan ia bersedia kembali padanya, Yeri yakin semuanya tidak akan sama seperti dulu. Jeongguk butuh waktu untuk kembali percaya padanya.

Dan itu benar-benar ditunjukkan secara terang-terangan oleh lelaki itu. Jeongguk sengaja menghindar saat Yeri hendak menciumnya dan beralasan bahwa lelaki itu mengantuk.

"Aku sangat merindukanmu.." ucap Yeri sembari memeluk Jeongguk dari belakang.

Jeongguk tersenyum simpul sembari melirik Yeri dari cermin. Gadis itu terlihat begitu nyaman bersandar di punggungnya. Jemarinya mengusap lembut kedua lengan Yeri yang melingkar di pinggangnya. "Aku juga." ucap Jeongguk pelan.

Perlahan ia memutar tubuhnya menghadap Yeri dengan sempurna. Kedua tangan Jeongguk beralih mengusap kedua sisi wajah Yeri, membelainya lembut sembari dengan perlahan menyatukan kedua kening mereka.

"Terima kasih.." ucap Yeri pelan.

"Kau sudah mengucapkan itu kurang lebih seratus kali hari ini. Aku bosan mendengarnya." jawab Jeongguk sambil tertawa geli.

Yeri tersenyum kemudian menggeleng, "Aku sama sekali tidak bisa menjelaskan bagaimana bahagianya diriku sekarang, aku tidak ingin kehilanganmu lagi, oppa."

Jeongguk tersenyum, lelaki itu mengangguk pelan. "Kalau begitu jangan pernah membuat hal itu terjadi."

"Itu tidak akan pernah terjadi." jawab Yeri tegas. Gadis itu kemudian berjinjit dan mendaratkan kecupan di dahi Jeongguk. "I love you.."

Jeongguk terlihat terkejut selama beberapa detik, lelaki itu masih bergeming di tempatnya. Tatapan matanya sulit di artikan. Entah mengapa, sentuhan gadis itu kini terasa asing untuknya, seperti ia belum terbiasa.

Yeri kembali mendekat padanya, kedua hidung mereka kini bersentuhan, dan sedikit lagi bibir gadis itu akan mendarat pada bibirnya. Jeongguk menatap bibir ranum gadis itu, ada perasaan rindu disana. Namun seketika bayangan 'chat' Jaehyun pada gadis itu yang sedang membahas ciuman muncul di kepalanya. Jeongguk kembali menggeram marah, ia kembali merasa risih.

Dan sebelum bibir gadis itu mendarat pada bibirnya, Jeongguk memalingkan wajahnya hingga bibir Yeri hanya berhasil mendarat pada pipinya. Jeongguk perlahan bergerak mundur menjauh.

Mine (Jungri) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang