KOMEN TIAP BARIS KAYA KEMARIN BISA KAN? WKWK
SELAMAT MEMBACA YEOROBUN...
**
Sudah lewat semalam sejak Yeri dipindahkan ke ruang rawat inap, hingga tiga jam Jeongguk menunggu di depan ruang rawat, gadis itu masih belum juga sadarkan diri. Jeongguk tidak bisa melakukan apapun selain menunggu dalam diamnya sembari terus berdoa agar keadaan gadis itu semakin membaik. Dia sudah mengabari keluarganya juga para membernya mengenai kondisinya untuk saat ini.
Jeongguk menunduk, mentap kosong pada lantai rumah sakit sebelum akhirnya sebuah suara menginterupsi.
"Kenapa tidak masuk?"
Jeongguk mendongak menatap datar pada Irene yang berdiri di depannya. Irene mengangguk kecil, sepertinya tanpa Jeongguk menjelaskan pun Irene sudah bisa menangkap dan memahami apa yang saat ini dirasakan oleh lelaki itu.
Irene kemudian duduk di sebelah Jeongguk. "Orang tua Yerim juga adik-adiknya ada di dalam. Mereka semua menanyakan kenapa sampai sekarang kau belum juga masuk ke sana." Ujar Irene sembari menghela napas.
"Kau ingin tahu satu hal Jeongguk-ssi?" tanya Irene, gadis itu menoleh pada Jeongguk.
Jeongguk balas menatap Irene untuk beberapa saat, ia kembali menunduk.
"Aku ingin sekali menamparmu keras saat mendengar bahwa ternyata Yeri sudah mengandung selama delapan minggu sebelum akhirnya ia keguguran seperti ini. Hatiku hancur mengingat bahwa selama ini, Yerim beraktivitas dengan kami, berlatih seharian dengan kami, melewati serentetan jadwal dalam keadaan hamil. Aku merasa menyesal saat terlambat menyadari bahwa selama ini daya tahan tubuhnya menurun akibat kondisinya yang sedang mengandung, aku tidak bisa membayangkan bagaimana lelah dan juga sakitnya Yerim karena itu." Irene menunduk, menopang kepalanya dengan kedua tangan.
"Maaf..." gumam Jeongguk dengan perasaan yang sama hancurnya dengan Irene, bahkan mungkin berkali-kali lipat lebih hancur dari apa yang dirasakan gadis itu.
"Semua sudah terjadi, dan meskipun aku menyalahkanmu beratus-ratus kali pun tetap tidak akan merubah apapun yang terjadi pada hari ini. Kita hanya bisa berharap semua yang terbaik untuk kondisi Yerim." Irene menepuk pelan pundak Jeongguk. "..masuklah, Yerim pasti senang sekali tahu kau ada disini saat dia sadar nanti."
Tidak lama kemudian, pintu ruang rawat inap Yeri terbuka, menampilkan sosok kedua orang tua Yeri yang baru saja keluar dari sana. Jeongguk dan Irene seketika ikut berdiri dan membungkuk pada kedua orang tua Yeri.
"Jeongguk.." panggil ibu Yeri dengan suara pelan.
Jeongguk gemetar hebat dalam posisinya, kepalanya semakin menunduk dalam. Mendengar suara ibu Yeri yang memanggilnya lemah, membuatnya kembali di hantam rasa bersalah. Dadanya sesak, rasanya ia tidak sanggup untuk mendongak dan menatap pada sosok yang melahirkan dan membesarkan gadis yang ia cintai itu.
"Eomma..." suara Jeongguk bergetar memanggil sosok wanita di depannya, yang kini menatapnya dengan pandangan sedih. Ibu Yeri merasakan hatinya teriris melihat kondisi Jeongguk yang berantakan, cukup tergambar jelas, sekacau apa Jeongguk saat ini.
Tubuh Jeongguk semakin bergetar, lelaki itu terisak pilu. Tidak lama kemudian, ia merasakan kakinya menjadi lemas dan rasanya sudah tidak bisa menopang tubuh rapuhnya, rasa sesak menyelimuti dadanya, melemahkan fungsi kakinya hingga Jeongguk sudah tidak bisa menahan lagi untuk tidak jatuh berlutut di depan kedua orang tua Yeri.
"Eomma... Appa.... Maaf.." Jeongguk menunduk dalam, isakannya terdengar begitu menyakitkan hingga membuat ibu Yeri tidak sanggup melakukan apapun selain bersandar di pelukan suaminya dan membenamkan tangisannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Jungri)
Fanfiction"Ketika aku memutuskan untuk menerimamu kembali, aku sudah menegaskan pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan diriku tersakiti lagi. Dan ketika kau memutuskan untuk kembali padaku, itu artinya kau sudah merelakan dirimu untuk terjebak disini, ber...