44. It's Hard

5K 453 28
                                    

Melihat wajah polos Jeongguk ketika lelaki itu sedang tertidur pulas menjadi salah satu kegiatan favorit Yeri. Seperti saat ini, setelah menyelesaikan jadwalnya yang padat dan baru saja pulang dari Jepang, akhirnya ia sampai di rumahnya dan di suguhi pemandangan indah seperti ini.

Yeri tersenyum kecil, ia bangkit sesaat untuk melepas jaket dan sendal rumah kemudian ikut berbaring di sebelah Jeongguk. Jemarinya terulur membelai kulit wajah Jeongguk sembari menggumamkan bermacam-macam pujian serta rasa bersyukurnya karena memiliki lelaki itu dalam hidupnya.

Tampan, bertalenta, berhati baik dan disukai banyak orang. Dan ia termasuk salah satu yang beruntung dari ratusan ribu orang yang memuja-muja kekasihnya, ia lah wanita beruntung yang berhasil memiliki lelaki itu.

Dalam hati ia berpikir, apa wanita sepertinya layak mendapatkan ini? Apa wanita yang memiliki banyak kekurangan layak mendapatkan cinta yang begitu besar dari seorang Jeongguk? Ia dan Jeongguk terlalu banyak kesenjangan, Jeongguk yang dicintai banyak orang terasa tidak pantas dengannya yang justru dibenci banyak orang. Awalnya ia kira ia mampu menghadapi dunia dengan hanya bermodal lelaki itu terus mendampinginya, berada di sampingnya di saat-saat tersulit dalam hidupnya. Tapi semakin lama, ia semakin kecil, semakin tidak pantas dan semakin merasa tidak yakin ia akan menjalani ini lebih lama lagi.

Tanpa sadar air matanya jatuh, ia berusaha meredam isakannya agar Jeongguk tidak terganggu dalam tidurnya.

"Kenapa menangis?" Yeri membuka mata dan menemukan Jeongguk yang saat ini menatapnya tajam. Rahang lelaki itu mengeras, menandakan bahwa ia sangat terganggu dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Yeri dengan cepat menghapus air matanya namun sebelum kedua tangannya menyentuh pipi, Jeongguk menahannya lebih cepat. Sedikit mencengkeram pergelangan tangan itu dalam satu tangan sedangkan tangannya yang lain menaikkan dagu gadis itu hingga menatapnya lurus.

"Kau lagi-lagi tidak mendengarkanku dan lagi-lagi membuatku khawatir.." ucap Jeongguk, kali ini pandangan lelaki itu melunak.

"Ini tidak semudah yang kau—"

Jeongguk menarik Yeri dalam pelukannya. "Akhir-akhir ini aku merasa begitu tertekan.." Jeongguk menempatkan dagunya diatas puncak kepala Yeri sembari terus menarik tubuh Yeri mengeratkan pelukannya. Membelai punggung gadis itu dengan penuh kasih sayang. "..kau tau kenapa?" tanya Jeongguk sarkastis, lelaki itu merasakan tubuh Yeri kaku dalam pelukannya.

Jeongguk mengurai pelukannya, hanya dalam sedikit jarak kemudian kembali mengangkat dagu Yeri mempertemukan pandangannya dengan pandangan gadis itu. "Karena seseorang yang aku cintai tidak bisa memercayaiku.."

Air mata Yeri kembali turun, gadis itu terdiam sembari menatap Jeongguk dengan pandangan nelangsa. Jeongguk saat ini menatapnya dengan raut wajah penuh keputusasaan, dan ia tidak sanggup melihatnya.

"Dia lebih memilih tersiksa dengan pikiran buruknya, daripada percaya padaku yang akan selalu mengusahakan kebahagiaan untuknya. Dia lebih memilih merasakan sakit itu sendiri daripada berbagi rasa sakitnya denganku. Tapi sepertinya... Memang aku yang salah disini.."

Yeri menggeleng cepat, air mata gadis itu mengalir semakin deras. "Tidak.. Sama sekali tidak. Kau sama sekali tidak salah.." dada Yeri merasa sesak mendengar Jeongguk yang menyalahkan dirinya sendiri seperti ini. Ia tertekan karena dibenci banyak orang tapi bukan karena Jeongguk. Lelaki itu sama sekali tidak salah, ia dibenci karena dirinya sendiri bukan karena Jeongguk atau siapapun.

"Aku salah. Bukan seperti ini yang ku janjikan padamu, Yerim-ah.." ucap Jeongguk sembari mengusap air mata Yeri. "Dan aku sudah gagal mencegah itu terjadi.." Jeongguk mencium kening Yeri, menyalurkan rasa frustasinya lewat sentuhannya. Ia tidak suka melihat Yeri tersiksa seperti ini membuatnya begitu sakit.

Mine (Jungri) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang