Setelah menginap satu malam di apartmennya, Jeongguk mengantar Yeri kembali ke rumah gadis itu sekaligus menepati janjinya untuk menemui ayahnya. Ya, yang menelfonnya semalam adalah ayah Yeri. Tanpa menjelaskan apapun, ayah Yeri hanya meminta ia menemuinya untuk membicarakan hal penting.
Yeri tidak tahu masalah ini, gadis itu hanya tahu ia diantar oleh Jeongguk kemudian selesai. Yeri tidak tahu, bahwa setelah ia sampai di rumahnya, lelaki itu akan terlibat pembicaraan serius dengan ayahnya. Membahas hal penting, mengenai masa depan hubungan mereka.
Bangunan rumah Yeri mulai terlihat, Jeongguk mengurangi kecepatannya. Entah mengapa Jeongguk merasakan gemetar pada kedua tangannya yang saat ini menggenggam erat setir kemudi. Jantungnya berdegup kencang ketika ia mengarahkan mobilnya memasuki garasi rumah Yeri. Ia tidak tahu apa yang akan dibicarakannya nanti dengan ayah Yeri, tapi ia merasa ini tidak akan berjalan mudah dan bukan hal yang baik. Jeongguk tidak ingin berpikir buruk sebenarnya, tetapi mendengar bagaimana intonasi suara ayah Yeri di telefon semalam rasanya Jeongguk tidak bisa berpikir jernih. Suara ayah Yeri terdengar begitu tegang dan datar, seperti ada emosi di dalamnya yang membuat Jeongguk tidak bisa berhenti memikirkan hal itu semalaman.
"Sudah sampai.." ucap Jeongguk dengan suara pelan, mencoba mengurangi rasa gugupnya.
"Oppa.." panggil Yeri, gadis itu menoleh pada Jeongguk dengan kedua alis menyatu, tiba-tiba ia merasa heran.
"Ya?" jawab Jeongguk sembari, mematikan mesinnya dan melepas sabuk pengaman.
"Aku tidak tahu kalau kau akan menurunkanku di dalam, kita tidak pernah membicarakan ini sebelumnya kan? Kau akan mampir ke rumah?"
Jeongguk tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Iya. Aku akan berpamitan sebentar dengan kedua orang tuamu. Rasanya tidak sopan jika aku langsung pulang begitu saja." jawabnya.
Yeri menggeleng pelan, raut wajah gadis itu seperti tidak menyukai ide Jeongguk kali ini. "Tidak usah. Langsung pulang saja." ujarnya.
Jeongguk menggeleng. "Sebentar saja."
"Oppa-"
TUK! TUK!
Terdengar suara kaca pintu mobil diketuk. Yeri dan Jeongguk reflek menoleh, seketika keduanya membeliak kaget melihat ayah Yeri yang sudah berdiri di samping pintu mobil.
Yeri memejamkan kedua matanya sesaat, kemudian ia menoleh pada Jeongguk dengan kesal. "Sekarang kau tidak bisa pergi." ujarnya kemudian, dengan kesal gadis itu membuka pintu mobil dan keluar meninggalkan Jeongguk yang tersenyum geli.
Memangnya siapa yang berniat pergi?
Ia mengerti Yeri mengkhawatirkannya, tapi sampai kapan gadis itu berusaha membuatnya menghindar dari ayahnya? Ia mencintai Yeri, dan untuk membuat gadis itu terus berada di sampingnya ia tentu butuh mengembalikan kepercayaan dari kedua orang tua gadis itu bukan? Jadi bagaimana ia akan berhasil, jika Yeri selalu menghalanginya.
Tidak lama setelah Yeri, Jeongguk pun akhirnya keluar menyusul gadis itu. Di depannya sudah ada ayah Yeri yang menatap keduanya dengan senyum ramah.
"Appa, Jeongguk oppa harus segera pulang karena ia akan mengantar orang tuanya pulang ke Busan. Bukan begitu, oppa?" Yeri menoleh pada Jeongguk dan mengisyaratkan lelaki itu untuk mengiyakan kalimatnya lewat tatapan mata.
Sungguh, Jeongguk ingin tertawa. Gadisnya itu sangat menggemaskan jika sedang gugup seperti ini. Tapi dua detik setelahnya, lelaki itu buru-buru tersadar bahwa saat ini bukan saat yang tepat untuk memuji bagaimana gemas kekasihnya itu. Ada sosok ayah Yeri yang saat ini menunggu di depannya. Ingat Jeongguk, kau akan membicarakan hal serius setelah ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Jungri)
Fanfiction"Ketika aku memutuskan untuk menerimamu kembali, aku sudah menegaskan pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan diriku tersakiti lagi. Dan ketika kau memutuskan untuk kembali padaku, itu artinya kau sudah merelakan dirimu untuk terjebak disini, ber...