46. It's time (2)

4.7K 444 26
                                    

Vote sebelum baca ya, komen tiap baris kayanya lebih mantul deh.. Bisa ya? hihiw..

Maap ya, kayaknya ini part bakalan nyesek..

**

"Oppa... Bangun.." suara bisikan Yeri sukses membuat Jeongguk membuka mata, lelaki itu mengerjap kemudian perlahan bangkit, merubah posisinya menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang.

Senyumnya perlahan terukir begitu lebar ketika indra penglihatannya menangkap sosok gadisnya yang saat ini duduk di sebelah ranjang dengan senyuman cantiknya sembari membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menunjukkan angka umurnya.

Bibir gadis itu mungkin mengurai senyuman lebar, tapi mata gadis itu tetap tidak bisa berbohong mengenai suasana hatinya. Jauh di dalam hati, gadis itu merasakan kesedihan yang luar biasa.

"Sae-ngil chuk-kahamn-ida, sa-engil chukka-hamni-da sa-rang-haneun Jeong-guk Oppa... Saengil chukkahamnida..." alunan nyanyian selamat ulang tahun itu terdengar begitu menyesakkan karena Yeri menyanyi dengan terbata, suaranya nyaris tidak terdengar karena ia bersusah payah menahan sesak di dadanya.

Jeongguk menatap Yeri nelangsa, ia tidak bisa melihat gadisnya seperti ini. Ini terlalu menyakitkan untuk ia lihat. Dengan susah payah, Jeongguk memaksakan dirinya untuk tersenyum lebar.

Yeri menghapus air matanya yang mengalir dengan satu tangan, ia kemudian menghela napas panjang dan berucap, "Make a wish.."

Jeongguk mengangguk kecil, ia kemudian menyatukan kedua tangannya dan menempatkannya di bawah dagu, memejamkan mata kemudian melantunkan doa tulusnya dalam hati.

Semoga kebahagiaan terus bersama kami...

Jeongguk menyudahi doanya kemudian meniup lilin ulang tahunnya. Setelahnya, lelaki itu mengambil kue ulang tahun yang semula di pegang Yeri dan memindahkannya di atas nakas. "Kau tahu, suaramu tadi sangat jelek.." kekehnya sembari merangkum kedua pipi Yeri dan mengecup bibir gadis itu sesaat.

"Suaraku memang jelek.." jawab Yeri.

"Suaramu jelek karena kau menyanyikan lagu itu sambil menangis." Bisik Jeongguk, ia kemudian membimbing gadis itu untuk ikut naik ke ranjangnya. Ia menatap Yeri untuk beberapa saat sembari merapikan helai rambut gadis itu dan mengusap keringat juga air mata Yeri dengan lembut. "..pantaskah kau menyanyikan lagu bahagia seperti itu dengan wajah cantikmu yang terlihat sedih seperti ini?" Jeongguk mengangkat dagu Yeri, membimbing gadis itu untuk menatap lurus padanya.

"Maaf, aku ada saat hari ulang tahunmu, kita bahkan tidak bertemu selama dua hari dan besok kita sudah berpisah lagi.." ucap Yeri parau, gadis itu kembali menangis dan Jeongguk tidak kuat lagi mendengarnya, dengan cepat ia menenggelamkan gadis itu dalam pelukannya.

"Yerim... Aku sangat tidak tenang meninggalkanmu dengan keadaan seperti ini." ucapnya sembari mengusap lembut helaian rambut Yeri.

"Aku tidak mengerti, aku baru mengalami perasaan menyesakkan seperti ini. Rasanya sangat berat sekali.." Jeongguk mendengarkan dalam diam sembari terus mengeratkan pelukannya. Sesak begitu menghimpit dadanya mendengar gadisnya menangis seperti ini.

"Kita bahkan tidak bisa bertemu seperti ini sampai akhir tahun.. Itu sangat lama, dan aku tidak sanggup membayangkannya.." Jeongguk mendengarkan dengan sabar sembari terus mengusap kepala gadis itu.

"Seandainya bisa, aku lebih suka disini bersamamu, mendekapmu seperti ini setiap harinya. Yerim, aku tahu ini sangat berat tapi kita harus menjalaninya.."

"Kita bahkan hanya punya waktu beberapa jam sebelum penerbanganmu ke LA besok pagi.." Yeri menangis lagi dan semakin mendekap Jeongguk erat.

Jeongguk terkekeh, "Kenapa gadisku jadi sangat manja sekali. Dulu, kau tidak pernah seperti ini saat kita harus menjalani hubungan jarak jauh." Jeongguk mencubit kecil pipi Yeri. "..sadar tidak? Kalau akhir-akhir ini kau terlalu banyak menangis.."

Mine (Jungri) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang