39. Period

6.3K 502 23
                                    

Wkwkwk. Ini part jadi beda banget dari part yang kemarin kalian baca setengahnya. Hahaha. Ngga tau kenapa jadi mblabar kemana-mana ceritanya. Semoga masih tetep syuka yaa..

Warning! Ini part sama sekali ga ada konflik. Dan isinya cuma manis-manis dan bikin berdebar-debar. Jadi siapsiap yaa..

Happy Reading..

***

"Aku dataaanggg..." Jeongguk tersenyum sumringah dan segera bangkit dari duduknya di sofa, ia kemudian berjalan menuju sumber suara yang sudah bisa ia tebak berasal dari gadisnya yang saat ini sedang melepas sepatu yang ia pakai dan menaruhnya di rak yang sudah di sediakan.

"Hai, baru sampai?" tanya Jeongguk sembari membantu Yeri melepas tas-nya untuk kemudian akhirnya memeluk gadis itu. "..apa kabar?" tanyanya sembari mengecup puncak kepala gadis itu.

"Masih tiba-tiba sering rindu padamu.." bisik Yeri yang seketika membuat Jeongguk tersenyum sumringah. Dari mana gadis ini belajar kalimat-kalimat manis seperti ini?

"Bicaramu manis sekali. Siapa yang mengajari?" Jeongguk mencubit kecil dagu Yeri dan mencuri satu kecupan singkat di bibir gadis itu.

Yeri mengerucutkan bibirnya, yang semakin membuat Jeongguk tidak tahan lagi untuk segera merasakan bibir manis itu. "Memangnya hanya kau saja yang boleh berbicara manis?" tanya Yeri kesal.

"Tidak juga. Kau boleh berbicara manis seperti ini.." Jeongguk mengecup salah satu pipi Yeri kemudian menggerakkan jemarinya membelai pipi lembut gadis itu kemudian berbisik, "..tapi hanya boleh berbicara seperti itu padaku." Sambungnya kemudian.

Yeri terkekeh pelan, daripada menjawab kalimat Jeongguk, gadis itu lebih memilih untuk menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki itu, menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Oh, tunggu!" Jeongguk menghentikan elusannya di rambut gadis itu dan seketika mengurai pelukannya. "..harusnya aku marah padamu." Sambungnya sembari memasang wajah galak.

Yeri mengerjap, ia kembali merasa tegang. "A-apa aku berbuat salah lagi?"

Jeongguk memberikan anggukan, kali ini lelaki itu benar-benar melepaskan pelukannya dan beralih memandang tajam ke arah Yeri sembari melipat kedua tangannya di dada. "Iya.." jawab Jeongguk penuh penekanan. Yeri bergerak mundur, dan menatap Jeongguk dengan pandangan takut.

"Baru tiga hari kita tidak bertemu, kau sudah mau-mau saja di rangkul dan di gandeng lelaki lain." Ujar Jeongguk dengan wajah berpura-pura kesal. Sebenarnya, tidak bisa dibilang 'pura-pura', karena nyatanya ia kesal sungguhan. Namun, lelaki itu tidak mau berpikir kekanak-kanakan lagi, dunia gadis itu tidak hanya berpusat pada dirinya. Yeri punya dunia sendiri, dia punya teman, dan dia punya keluarga di manajemen yang membuat gadis itu merasa nyaman dan aman. Apalah arti rasa kesalnya daripada melihat wajah bahagia gadis itu.

"Astaga... Kau pasti ingin membahas Lucas dan Jae oppa.." tebak Yeri dengan wajah kagetnya.

"Yang benar saja... Kau cemburu?" ucap Yeri sekali lagi sembari tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya.

"Iya. Aku cemburu." Jawab Jeongguk, lelaki itu kemudian mengedik ke arah ponsel yang sedari tadi di genggam Yeri. "..dengan ponsel yang kau genggam terus sedari tadi saja aku cemburu. Padahal itu benda mati. Apalagi dengan mereka? Yang hidup dan punya pikiran, dan bahayanya bisa saja lelaki seperti mereka itu punya pikiran untuk memilikimu.." ucap Jeongguk sambil masih mempertahankan ekspresi pura-pura kesalnya.

Yeri tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak tersenyum gemas. "Ya sudah.. Aku minta maaf.." ucap gadis itu sambil menarik kembali tangan Jeongguk yang terlipat kemudian mengarahkan kedua tangan kekar itu melingkari pinggangnya. "Di maafkan?" tanya Yeri dengan nada suara yang sengaja dibuat-buat agar terdengar manja.

Mine (Jungri) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang