BAB 1

7.7K 368 3
                                    

Pesan yang masuk ke gadgetku itu membuatku tersenyum tanpa henti.

Bagaimana tidak? Akhirnya penantianku berakhir dan Tama akan kembali ke sisiku.

Aku hampir saja akan melompat girang di atas ranjang dan menari hula-hula ketika sebuah pemikiran mendadak lewat, membuatku terpaku.

Darimana lo yakin kalo pengirimnya itu Tama, Vi?

Gimana sih? Ya udah jelas dong, siapa lagi yang kepulangannya gue tunggu-tunggu selama ini.

Yakin? Selama ini Tama nggak pernah nelpon lo, nggak pernah ngasi lo kabar. Darimana coba dia tahu nomor lo tiba-tiba?

Mungkin...mungkin dari mama atau papa.

Serius? Jangan-jangan ini cuma pesan salah masuk yang kebetulan isinya sama dengan kalimat yang lo tunggu.

Nggak! Gue yakin itu Tama!

Tapi...

Sontak aku melesat dan meraup gadgetku--hampir memghancurkannya--dan membuka kembali pesan dari nomor tak dikenal itu.

Perasaanku yakin kalau ini memang dari seorang Adhitama Dirgantara.

Gimana kalau bukan?

Jariku bermain ragu diatas tanda telpon hijau, berniat menepiskan keraguanku, ketika akhirnya menimbang, lebih baik aku membalas sms-nya, mana tahu pria itu sedang sibuk-sibuknya.

To : 0813xxxxxxxx

Tama?

Setelah menekan tombol send, aku melempar gadgetku ke atas ranjang dan mulai berlarian kesana kemari, berusaha menekan debaran jantungku yang mulai nggak karuan.

Ting!

Cepat banget! Bahkan nggak sampai semenit. Padahal aku sudah menyiapkan diriku untuk menerima pesan balasan entah besok atau beberapa hari lagi.

Jariku membuka layar, namun wajahku kutarik sejauh mungkin dari tanganku yang bergerak membuka pesan. Mataku memicing dari jauh, setengah mengintip sebaris kata-kata yang muncul.

From : 0813xxxxxxxx

Siapa lagi kalau bukan aku?

HORE!

Katakan selamat kepada Tavisha Kaelyn!

Feeling lo nggak salah, Vi, ini memang seriusan Tama yang akan pulang sebulan lagi!

Ya ampun, ya ampun. Senangnya.

Otakku langsung membayangkan tanpa henti bagaimana menghabiskan hari-hari yang tentunya akan sangat menyenangkan dengan Tama yang ada di sisiku.

Tama, aku nggak akan ngelepasin kamu lagi. Avi yang dulunya masih anak-anak, sekarang udah remaja dan dewasa, siap untuk jadi pendampingmu di masa depan.

Jiaah! Asiik!

***

"Nggak akal ngelepasin dia lagi?"

Dahiku mengernyit akan respon Mega. "Apaan sih, Meg, nggak ngerti gue."

Kelas belum mulai, sengaja aku datang pagi untuk bisa menceritakan semua hal yang kurencanakan kepada Mega.

Pasalnya disaat aku sedang bercerita dengan seru-serunya, cewek ini tiba-tiba menatapku dengan tatapan mengejek.

Berdecak, Mega mengulurkan tangan dan mencubit perutku.

"Awawaw! Meg, sakit!"

"Ini badan yang lo bilang bakal bikin Tama pangling? Perut buncit, kulit kusam dan paha lebar?"

Look At Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang