Happy weekend ❤
Tama melotot kesal.
Aku balas menantangnya, tidak mau kalah.
Nada Tama mengandung amarah yang ditahan. "Aku tidak suka ini, Tavisha."
Rasanya keder juga mendapati mata tajam itu menatapku marah. Aku menelan ludah dengan susah payah, Tapi sori sori aja, untuk yang satu ini, aku tidak akan mengalah meskipun Tama yang memintanya.
Aku mendengus. "Kamu milih kita bareng atau aku sendiri? Nggak ada opsi aku ditinggal sendiri. Titik." potongku dengan nada nyolot.
Suasana di bioskop itu ramai. Maklum, hari Minggu namanya, hari dimana orang-orang melepas penat sehabis bekerja Senin hingga Sabtu. Hari anak muda keluar rumah untuk hang out, berdandan oke, gaya masa kini.
Antrian panjang sudah terbentuk bahkan sejak konter tiket dibuka. Tua muda, cewek cowok, semuanya ada. Kumpulan keluarga dengan ayah yang mengantri sejak tadi, sementara sang ibu sibuk menenangkan kedua anaknya yang berlarian kesana kemari.
Geng yang berisi anak-anak orang kaya, terlihat dari tas, baju dan sepatu bermerek yang mereka kenakan. Aku menduga anak-anak itu palingan hanya sebatas SMP, tapi gayanya sudah seperti ibu-ibu arisan.
Beberapa menit yang lalu, konter baru bahkan telah dibuka. Yang gesit gerakannya, langsung bisa mendapat barisan depan, yang lain hanya bisa menganga tak bergerak, mendecak kesal dan geleng-geleng kepala.
Namun, meskipun begitu jumlah pengunjung semakin lama semakin banyak. Berapapun konter yang dibuka, hasilnya sama saja.
Seharusnya kami masuk ke dalam barisan itu. Bukannya berdiri di pinggir, melototi satu sama lain. Membiarkan waktu terbuang sia-sia.
Masalahnya simpel, kami berdua sama-sama keras kepala, tidak mau mengalah kepada yang lain. Begitu melihat lautan manusia yang membludak di konter antrian, Tama langsung inisiatif menuntunku ke kursi, mendudukkanku dengan manis disana, membelikanku minuman dan pergi mengantri sendiri.
Enak saja! Mana mau aku ditinggal sendiri begitu saja?!
Aku menghentakkan kakiku kesal, menyusulnya dengan langkah lebar.
Tama mengernyit. "Antriannya panjang, Vi. Kamu duduk aja disana, aku yang beli tiketnya oke?"
Aku menyembur marah. "Nggak mau! Aku maunya ngantri bareng Tama!"
Begitulah, hingga saat ini.
Acara tatap-tatapan kami belum juga kelar. Tak peduli antrian yang semakin lama semakin panjang, udara yang semakin menyesak, dan kemungkinan, tiket yang terancam habis.
Tama mengusap tengkuknya dan menghela nafas. "Seriously now?"
Aku mengangguk yakin.
Ia termangu, kemudian akhirnya menyerah. Aku bersorak girang, memang tidak ada yang bisa mengalahkanku dalam urusan kekeraskepalaan.
Nah, kalau Tama dari awal mengalah, pastinya sejak tadi kami sudah berhasil mengantongi tiket dan berjalan santai berdua.
Dengan senang, aku menggandeng lengan Tama dan berjalan menuju salah satu barisan.
"Kamu mau nonton apa?" Tanya Tama.
Ini gampang, karena kami berdua memiliki selera film yang sama. Bukan seperti pasangan lain yang ceweknya pengen nonton film romantis, sementara si cowok pengennya film science-fiction, dan akhirnya memilih film horor berkedok modus dalam kegelapan.
Kami berdua sama-sama tidak suka film menye-menye. Roman, oke, tapi roman dengan drama air mata setiap sepuluh menit sekali plus bayi yang tertukar, hell no.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
Ficção Adolescente[Completed] [16+] Lebih dari setengah eksistensi hidupnya dihabiskan seorang Tavisha Kaelyn untuk mencintai Adhitama Dirgantara, duda yang lebih tua tiga belas tahun darinya. Hingga akhirnya Tavisha merasa bahwa cintanya sudah berbalas, ternyata sos...