BAB 34

3.6K 180 6
                                        

kenapa ya nggak ada yg seru di dunia ini? rasanya monoton gitu. misalnya tiba-tiba dari langit jatuh cogan gitu

ngarep

Happy reading!

***

Siang menjelang sore, ketika aku sedang bergelung di balik selimut sambil menonton TV, pintu kamarku terbuka, menampilkan seraut wajah datar Mega. Aku terlonjak duduk, tidak menyangka akan kedatangannya kesini karena ia sama sekali tidak memberitahuku atau apa.

Lantas ia mengernyit ketika melihat penampilanku yang super kacau, rambut pendek berantakan, piyama lecek, dan ditambah lagi wajah kusut. Well, sejak Mama meminta izin libur seminggu untukku dari sekolah, aku memang agak tidak peduli lagi dengan penampilanku.

Mataku memandangnya lekat, menunggu reaksi selanjutnya karena honestly, aku sudah muak dengan orang-orang yang menangis dan sedih karena kondisiku.

Tapi diluar dugaan, Mega berjalan santai menghampiriku lalu ia menuangkan isi plastik besar yang dibawanya ke atas ranjangku. Aku terperangah kaget, semuanya makanan ringan, snack, jajanan indomaret sampai es krim cone, semuanya berhamburan di sekitarku, sampai ada beberapa yang jatuh ke lantai.

"Buset." Aku mengernyit jengah. "Lo ngapain beli sebanyak ini? Mau bagi-bagi sembako?"

Mega mendengus. "Lo jelek banget."

"Hei!" sahutku kesal. "Dari semua kalimat yang ada, harus lo bilang itu pertama kali ke sohib lo yang baru kena bencana ini?"

Yep, buat kalian yang belum tahu. Inilah Mega, sohib sehidup sematiku yang lebih hobi menghinaku setiap kali bertemu daripada menawarkan kata-kata penghiburan.

Cewek itu duduk di lantai dan mulai membuka satu bungkus potato chip dan memakannya. "Kan gue cuma jujur." Kemudian ia merebut remoteku dan mengganti channel seenak jidat.

Aku meringsut duduk di sebelahnya, "Bentar. Bukannya lo beliin semua ini buat gue? Kenapa malah lo sendiri yang habisin?"

Mega mengangkat sebelah alisnya. "Lo kira gue sebaik itu?"

"Nggak." jawabku mantap.

"Ya udah."

Kemudian ia meraih sebuah CD dari tas selempangnya dan lagi-lagi, memutarnya seenak jidat seakan ini adalah kamarnya sendiri, tidak peduli dengan makian protesku. "Ini drama korea paling baru, gue lagi tergila-gila sama second male lead-nya, heran kok dia keren banget di mata gue." desahnya dengan tatapan memuja pada layar TV.

Aku memutar bola mata. Detik-detik selanjutnya diisi dengan suara percakapan dari televisi, Mega menonton dengan khidmat sambil sesekali berseru tak senang, dan aku menatap nanar pada udara kosong di depanku, tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.

"Jadi lo datang kesini cuma buat nonton dan makan potato chip yang lo beli sendiri?!" seruku.

Ia hanya menyahut sekenanya, "Habis di rumah gue mati lampu."

Oh. My. God. Aku tahu aku sudah mempertanyakan ini ribuan kali di kepalaku selama bertahun-tahun, tapi izinkan aku bertanya sekali lagi. Kenapa gue punya kawan kayak gini, Ya Tuhan?

Aku menghentakkan kakiku ke lantai dengan kesal. Yah, aku tidak suka dia memberiku tatapan sendu dan mengasihaniku, tapi aku juga tidak suka dia yang terlampau datar seperti ini. Salahku yang labil.

"Awas ntar kaki lo patah. Gue nggak mau disalahin."

Aku melotot kesal. "Kaki gue cuma lecet-lecet, bukan retak!" sergahku.

Look At Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang