Ini dobel apdet. Silakan baca part sebelumnya dulu ^^
"Kampret emang Leader!"
Aku mengomel sembari berjalan keluar dari café Wassb bagai pengunjung lainnya dengan Thania Wang. Gadis berketurunan Tionghua di sampingku ini hanya tertawa, bersiap memakai kembali jaket kulit hitamnya.
Baru saja tadi semenit yang lalu kami diusir dengan buru-buru oleh Leader. Entah apa yang ada dipikirannya, dia seenaknya saja menyuruh kami keluar dan cepat-cepat pulang, bahkan aku masih tidak sempat mengelap keringat yang bercucuran di wajahku.
"Khalik pasti punya alasan kenapa dia pengen kita cepet pulang." bela Thania. "Btw, lo udah mendingan? Nggak biasanya lo nangis waktu manggung."
Tangan Thania yang dingin terulur menyentuh keningku. Bersama dengan Thania selalu membuatku merasa seperti bersama Mama. Cewek itu selalu bisa membuat semua orang di sekitarnya merasa nyaman.
Aku mencebikkan bibir. "Itulah kenapa gue bilang Leader kampret! Dia sengaja bawain lagu Talking To The Moon, padahal tadinya kita udah janji lagu terakhir itu lagu One More Light-nya Linkin Park!"
Thania tertawa lembut. "Khalik emang selalu suka gangguin lo. Tapi dia ngelakuin itu buat lo juga. Dia selalu penuh kejutan." sahutnya.
Aku mendengus kesal. Entah bagaimana caranya, Leader selalu bisa mengetahui apa yang ada di isi hatiku, dan selalu saja menggunakan cara yang tidak terduga untuk membuatku merasa lebih baik.
Tidak bisa dipungkiri, lagu terakhir tadi membuat perasaanku menjadi jauh lebih lega.
Tapi aku merasa tertohok, pasalnya lirik lagu Talking To The Moon itu benar-benar menggambarkan bagaimana perasaanku sekarang.
"Kayaknya Leader cenayang deh!" celetukku.
Thania terbahak semakin keras.
Aku menghirup udara malam bekas hujan dengan rakus, memenuhi rongga paru-paruku dengan uap dingin. Merapatkan jaketku, aku mengusap kedua tanganku, mencari kehangatan.
"Lo pulang sama gue 'kan?"
Kepalaku tertoleh ke samping dan mengangguk. Setiap kali manggung, pasti Thania-lah yang mengantarku pulang. Pulang dengan cewek itu lebih aman daripada pulang dengan ojek online terpercaya manapun.
Thania cewek baik-baik--kelihatannya--dan juga jago berantem disaat membutuhkan. Kalau Thania ini cowok, pasti dia sudah kugaet menjadi calon suami masa depan.
Eh nggak ding, 'kan aku sudah punya calon dari dulu.
Ah, jadi ingat Tama. Dia sama sekali tidak mengabariku, entah menanyakan kabarku atau hanya iseng menelepon hanya untuk mendengar suaraku. Entah apa yang dilakukannya sekarang, mungkin dia sedang makan malam berdua dengan Adel.
Tidak! Aku menggelengkan kepalaku, jangan berpikiran negatif! Sekarang, setelah pikiranku jauh lebih jernih, aku sudah bisa memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Aku hanya perlu bersikap dewasa. Jangan menggunakan emosi, dan bertanya dengan pelan kepadanya ketika momennya sudah pas. Aku yakin Tama punya alasan yang jelas kenapa dia merahasiakan pertemuannya dengan Adel dariku.
Aku percaya kepada Tama.
Thania menaiki motor Kawasaki Ninja gagahnya dan memasang helm full face. Kalau sudah begini, cewek itu benar-benar terlihat seperti cowok kekinian. Dia memang tidak pernah berhenti membuatku takjub.
Dia mengulurkan sebuah helm lain padaku, helm yang sudah biasa kupakai setiap kali nebeng padanya. Akan tetapi, baru saja aku akan menerima helm itu, suara berat dan dalam memanggil namaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
Fiksi Remaja[Completed] [16+] Lebih dari setengah eksistensi hidupnya dihabiskan seorang Tavisha Kaelyn untuk mencintai Adhitama Dirgantara, duda yang lebih tua tiga belas tahun darinya. Hingga akhirnya Tavisha merasa bahwa cintanya sudah berbalas, ternyata sos...