BAB 45

4.8K 170 8
                                        

Happy reading!!!

Upacara kelulusan.

Semua murid senior berkumpul di aula sekolah, menyanyikan mars sekolah untuk terakhir kalinya. Bahkan murid-murid bandel yang sering cabut sekolah juga sungguh-sungguh bernyanyi, bukan hanya lip-sync seperti biasa.

Karena kami semua sadar bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya kami akan mengenang masa-masa di sekolah bersama-sama. Momen seperti ini hanya terjadi sekali seumur hidup, tidak tergantikan.

Mars yang biasanya hanya berupa gumaman tak jelas sekarang dinyanyikan dengan lantang dan keras. Bahkan ada beberapa yang tampak meneteskan air mata.

Memang, kehidupan sekolah itu akan dikenang sampai kapanpun.

Setelah mars selesai dinyanyikan, tepuk tangan bergemuruh dan seruan-seruan menggema di aula besar itu. Aku mengerjapkan mataku yang memanas, ingatan-ingatan tentang hari-hari yang kuhabiskan di sekolah ini, setiap suka, setiap duka, setiap tawa, setiap perjuangan, setiap hukuman yang kuterima, baik momen buruk maupun baik, pada akhirnya akan menjadi momen yang manis untuk dikenang.

Aku menoleh pada Mega yang berdiri di sebelahku, seperti biasa wajah cewek itu lempeng-lempeng saja, tidak terpengaruh dengan suasana haru di sekitar. "Megaaaa!!" Aku menghambur memeluknya. "Mulai besok kita nggak bakal duduk di kelas lagi, ya ampun, gue udah kangen sama momen-momen sekolah, padahal baru aja lulus." ujarku setengah tertawa setengah menangis.

Mega mendengus. "Dasar melankolis."

"Lo aja yang nggak punya perasaan!"

Pintu aula dibuka, setiap murid keluar dengan berbaris. Di sana, sudah menunggu banyak sekali orang, kebanyakan junior dan orangtua yang ingin memberi selamat, atau sekedar mengucapkan perpisahan terakhir.

Suasana haru, isak tangis, dan pembicaraan nostalgia memenuhi pekarangan sekolah. Aku menggamit lengan Mega, menariknya menuju tempat teman-teman sekelas berkumpul, berniat berfoto bareng untuk terakhir kalinya.

Lantas saling bercakap-cakap tentang momen lucu, ulangan mendadak, belajar bareng, ngerjain guru bareng, sampai hukuman sekelas yang sudah kami alami selama ini. Padahal kebanyakan momen-momen itu membuat perutku kesakitan menahan tawa, tapi tak urung juga membuat air mataku mengalir deras.

Tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah.

Setelah ini kami semua akan berpencar, masing-masing menuju jalan yang berbeda, hingga suatu saat nanti nasib yang akan mempertemukan kami lagi.

Atau mungkin juga, bagi sebagian dari kami, momen ini akan menjadi pertemuan terakhir.

Seorang cowok menyeruak dari kerumunan dan menghampiriku. Aku langsung mengenal wajah baby face itu, dia Gibran, junior yang tahun lalu sempat mendekatiku, dan sudah kutolak mentah-mentah.

Gibran datang dengan pipi agak memerah, wajahnya terlihat gugup. Ia mengangsurkan sebuah rangkaian bunga kecil yang indah dengan malu-malu. Sebuah teddy bear kecil menggantung di ujungnya, lengkap dengan kartu ucapan yang bertuliskan 'Happy Congraduation, Kak'.

Ya ampun, jantungku serasa diremas. Adik kelasku yang satu ini memang gemas sekali. Padahal aku menyangka dia tidak akan mau mendekatiku lagi akibat penolakan yang agak kasar dulu, tapi sekarang, dia malah datang dan memberikanku surprise tak terduga ini.

Aku menerimanya dengan haru. "This is so cute. Makasih banyak, Gibran. Next, lo yang jadi senior, semangat ya!" tukasku.

Gibran tersenyum. Ambyar, manisnyaa! "Selamat ya Kak. Aku doain kebahagiaan kakak dimanapun kakak berada."

Look At Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang