Makan malam hari ini merupakan salah satu momen terawkward dalam hidupku.
Well, mungkin aku saja yang merasa begitu, karena Tama yang sedang duduk di hadapanku berlaku seperti biasa.
Sementara aku jadi kayak orang epilepsi, rasanya aku bisa kejang kapan saja setiap kali mata Tama bertemu denganku dan ia memberiku senyum yang luar biasa manis.
"-sha."
"Tavisha!"
Aku tersentak sadar. "Hah?"
Tama menatapku dengan geli sembari menunjuk piring makananku. "Piringmu sudah kosong, tapi kamu tetap menyendok dan memasukkannya ke dalam mulutmu. Apa kamu memang selapar itu? Kalau iya, makan saja punyaku." ujarnya sambil mendorong piringnya yang masih penuh setengah kepadaku.
Mendadak aku gelagapan sambil menggeleng keras. "N-nggak kok, aku udah kenyang."
Tama menggeser sedikit piringnya dan menopang dagu, matanya memicing curiga. "Kenapa? Kamu melamun terus. Ada masalah?"
"Nggak apa-apa."
Tama masih terlihat tidak percaya. "Beneran?"
Aku mengangguk.
Tama menatapku sejenak sebelum kembali menyantap makanannya yang tersisa.
Tidak habis pikir, kenapa Tama masih bisa bersikap seperti biasa setelah semua yang sudah terjadi diantara kami semalam. Kenapa dia masih bisa tersenyum dan berbicara seperti biasa sementara hanya aku sendiri yang gugup tak karuan?
Apakah karena ciuman itu tidak berarti apapun untuknya?
Grr, mendadak aku jadi kesal.
Tidak tahukah Tama betapa takutnya aku berhadapan dengannya setelah kejadian itu? Tapi dia malah mengganggapnya seperti tidak terjadi apa-apa.
Tidak tahukah dia kalau itu ciuman pertama yang sangat berarti untukku?
Ini tidak bisa dibiarkan!
Aku menatap Tama dengan berang. "Tama!"
Tama mengangkat sebelah alis dengan mulut penuh. Sial, dia terlihat seksi sekali seperti itu. Kuatkan imanmu, Tavisha! "Kenapa kamu marah?" tanyanya setelah menelan.
Aku mendengus. "Kenapa aku marah, hah?" Tapi kemudian aku terdiam, tunggu, harus bagaimana aku mengatakannya? 'Kenapa kamu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa setelah kejadian semalam?' 'Apa kamu tidak ingat sudah menciumku?' 'Apa ciuman itu tidak berarti apapun bagimu?' 'Apa kamu mencium setiap wanita seperti itu ketika sedang mabuk?!'
Sial, apa yang mau kutanyakan semakin lama semakin ngawur. Aku mengacak rambutku frustrasi. Oke, tarik nafas, buang, tarik nafas, buang.
Ayo, Tavisha, jangan takut, aku tidak akan mundur sebelum mendengar jawabannya dari mulut Tama sekarang!
Dimulai dari pertanyaan yang paling dasar. "Tama, semalam kamu mabuk."
Arrghh! Kenapa aku bilang begitu?!!
"Iya?" Itu terdengar lebih seperti pertanyaan daripada pernyataan.
"Kamu ingat?"
Tama mengendikkan bahu. "Well, tadi pagi kepalaku agak sakit, jadi yeah kurasa aku mabuk."
Kurasa?! Apa arti kurasa?!
Aku menarik nafas panjang. "Semalam, kamu ingat...?"
"...ingat apa?" Tama mengerjap bingung.
Seriously? Aku menatap Tama dengan tidak percaya. Dia tidak ingat? Dia tidak ingat sudah menciumku? Ya Tuhan, rasanya aku ingin menangis.
Aku sudah tidak tahu sejelek apa mukaku sekarang. "Semalam kamu menc--"

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
Roman pour Adolescents[Completed] [16+] Lebih dari setengah eksistensi hidupnya dihabiskan seorang Tavisha Kaelyn untuk mencintai Adhitama Dirgantara, duda yang lebih tua tiga belas tahun darinya. Hingga akhirnya Tavisha merasa bahwa cintanya sudah berbalas, ternyata sos...