BAB 27

3.6K 158 0
                                        

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI BAGI YANG MERAYAKAN. MOHON MAAF LAHIR BATIN. 🎉🎉

happy reading :)

***

Hari Senin.

Slogan I hate Monday benar-benar menggambarkan perasaanku saat ini. Dan aku yakin semua orang juga begitu. Terbukti dari wajah-wajah lemas yang terlihat semenjak aku menginjakkan kaki di ruangan kelas.

Yah, wajahku juga tidak beda jauh dari mereka.

Sayangnya, perbedaannya hanyalah: satu, kepalaku berdenyut seperti dihantam palu setiap lima detik sekali, dan dua, aku sama sekali tidak mengingat apapun yang terjadi semalam.

Hell yeah, kalian tidak salah membaca.

Aku sama sekali tidak ingat. Begitu aku bangun, kepalaku serasa diranjam paku, membuatku ingin membolos semua kelas hari ini, kalau bukan mengingat bahwa aku belum mengumpulkan peer Biologi dari guru super killer pada pelajaran pertama.

Tama juga tidak mengatakan apapun pagi ini. Tingkahnya sama seperti hari-hari sebelumnya.

Aku memutar otakku dengan keras, lebih keras daripada saat aku memikirkan jawaban soal ujian Matematika kemarin. Tapi sayangnya, tidak ada yang muncul di pikiranku.

Bagaimanapun kerasnya aku berusaha, memori terakhir yang kuingat adalah aku berdiri dan berjalan menuju arah Tama yang sudah mabuk.

Setelah itu....semuanya samar-samar.

Apakah memang tidak terjadi apa-apa? Kalau iya, kenapa Tama bertingkah seperti tidak ada apapun yang terjadi diantara kami? Pria itu masih tersenyum semanis biasanya, memasakkanku sarapan bubur hangat untuk mengurangi sakit kepalaku, dan mengantarkanku dengan selamat sampai ke sekolah.

Seseorang, tolong beritahu aku apa yang terjadi semalam!

Buk!

Aku menghempaskan bokongku di kursi dan memegangi kepalaku yang berdentum. Sumpah, kalaupun aku ditawari uang sejuta dollar, aku tidak akan mau lagi meminum alcohol sama sekali.

Sampai sekarang pun aku masih tidak mengerti, apa yang enak sih dari minuman pahit itu?

Tapi aku lebih bodoh. Kenapa aku harus menggunakan bir, ketika bahkan diriku sendiri tidak bisa mengingat apa yang terjadi? Kalau begini jadinya, lebih baik semalam aku blak-blakan langsung meminta satu ciuman dari Tama, bukannya malah bertele-tele seperti itu.

'Kan namanya jadi senjata makan tuan.

Mega menghampiriku dengan satu alis terangkat. "Kenapa? Lo sakit setelah kemaren makan BBQ all you can eat?"

Aku menghela nafas lelah, terlalu malas untuk menjelaskan semuanya kepada cewek itu. Jadi aku hanya menjawab, "Nggak, cuma sakit kepala."

Mega manggut-manggut. "Kirain. 'Kan kalo lo sakit, Adipati jadi punya kesempatan buat jengukin lo. Sial, itu anak bener-bener kagak ada nyerahnya! Salut gue!" serunya.

Aku mengernyitkan dahi. "Hah?"

Sepertinya pengaruh alkohol masih bercokol di otakku, membuatku semakin lemot daripada biasanya.

"Meskipun kemaren lo udah ngenalin Tama ke dia, si cecunguk itu masih aja belum mau menyerah. Bahkan semalam dia masih chat gue nanyain lo udah sembuh total blon, makanan favorit lo apa blablabla."

Aku menghela nafas gusar. "Terus lo ladenin semua pertanyaannya?"

Dengan polos Mega mengangguk. "Ya 'kan gue kasihan sama dia."

Look At Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang