Aku tidak tahu kapan aku tertidur, aku juga tidak tahu kapan Tama bangun dan menyelimutiku dengan hangat, yang aku tahu ketika aku membuka mata, Tama sudah menghilang dari sampingku.
Sempat aku mengira bahwa kepulangannya hanyalah sebuah mimpi indah yang terlalu indah untuk menjadi kenyataan, namun harum badan Tama yang menempel di ranjangku-lah satu-satunya yang menyakinkanku bahwa ini bukanlah mimpi.
Aku benar-benar harus membiasakan diriku untuk melihat Tama setiap hari.
Setelah bangun dan merapikan tempat tidurku, aku melirik jam beker di samping tempat tidurku. Waktu menunjukkan hampir jam 8 malam, kemana Tama? Apakah dia sudah pulang? Kalau begitu kenapa tidak membangunkanku?
Aku mengerucutkan bibir, agak kesal karena Tama menghilang tanpa sepengetahuanku.
Sembari berkaca di cermin, aku memperhatikan rambutku yang sudah semakin panjang hampir sampai ke pinggang, seperti yang dilakukan Tama tadi, aku menyisirkan jari-jariku ke sela-sela rambut panjangku lalu tersenyum sendiri kepada cermin.
Sepertinya Tama menyukai rambut panjangku. Untung saja aku memutuskan untuk memanjangkannya dua tahun yang lalu ketika Tama pergi, pasalnya aku memang tidak suka berambut panjang, terlalu merepotkan mengurusinya.
Sejak dulu rekor rambut terpanjangku hanya sampai sebatas ketiak, jika sudah melebihi itu maka aku akan segera ke salon untuk memotongnya, atau biasa aku juga memotongnya sendiri menggunakan gunting biasa.
Tapi aku tahu Tama suka cewek yang berambut panjang meskipun ia tidak mengatakannya.
Itu karena mantan istrinya memiliki rambut hitam legam yang panjang, dan aku sering memperhatikan Tama mengelus kepalanya.
Tuh kan.
Aku pernah bilang jangan membahas wanita lain di kalimat yang sama dengan kalimat yang ada Tama-nya. Kenapa kalian nggak dengerin sih?
Terus kenapa bahas mantan istrinya, Vi?
Ya, mana aku tahu kenapa tiba-tiba bahas itu.
Kan lo yang bahas itu duluan.
Diem ah lo. Nyebelin banget sih.
Pokoknya jangan pernah menyebutkan mantan istri Tama lagi, oke? Wanita itu sudah pergi, menghilang dari kehidupan Tama dan aku, dan aku berdoa setiap hari agar ia tidak kembali tiba-tiba dan mengajak Tama untuk baikan atau semacamnya.
Karena aku akan menjambak wanita itu kalau dia berani melakukannya.
Kayaknya aku benar-benar akan gila sebentar lagi.
Iya, gila karena cinta.
Jiaaah! Asiik!
Aku turun ke lantai bawah karena harum makanan yang sangat membangunkan cacing-cacing di perutku yang tadi tertidur. Tumben mama memasak makanan yang harum begini. Jadi laper banget.
"Eh, Avi, akhirnya bangun juga."
Pemandangan Papa dan Mama yang menonton acara berita berdua adalah apa yang menyambutku diruang tamu. Aku mengernyitkan dahi heran.
"Lho, jadi yang masak siapa, kok harum banget?"
Papa dan Mama berpandangan sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak seolah-olah aku bertanya menggunakan bahasa alien yang terlalu sulit untuk dimengerti.
Mama balik bertanya, "Menurut kamu siapa chef yang baru pulang, hm?"
Mataku membelalak lebar karena baru menyadari pemikiran tersebut. Ya ampun, kenapa aku bisa mendadak bodoh begini sih? Tentu saja yang bisa memasak makanan seharum ini hanyalah Tama. Aku tersenyum lebar dan melangkahkan kakiku ke dalam dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
Teen Fiction[Completed] [16+] Lebih dari setengah eksistensi hidupnya dihabiskan seorang Tavisha Kaelyn untuk mencintai Adhitama Dirgantara, duda yang lebih tua tiga belas tahun darinya. Hingga akhirnya Tavisha merasa bahwa cintanya sudah berbalas, ternyata sos...