Setahuku sudah pernah kuberitahu kepada kalian, hal yang membuatku sangat senang melakukan hal yang menurut orang lain bikin capek dan nggak ada untungnya sama sekali ini adalah disaat melihat senyum anak-anak panti yang menyambut dengan antusias di depan gerbang.
Ada sekitar 10 anak, cewek dan cowok, dengan usia yang berbeda-beda namun binar mata yang sama, bersorak dan melambai kepada kami bahkan sebelum kami sampai di gerbang.
"Kak Avii!!!"
"Kak Avii dataang!!"
"Horee, ada Kak Faisal dan Kak Rena jugaa!!"
Faisal dan Rena adalah anggota ekstrakulikuler yang lain. Iya, memang benar perkataan kalian, kami memang hanya bertiga, namun kami melakukan semua ini tanpa mengeluh dan tanpa pamrih.
Aku berjongkok dan membawa Winnie ke dalam pelukanku. Gadis itu bersorak senang dan memeluk leherku dengan erat. Winnie adalah salah satu anak kesayanganku, tapi bukan berarti aku pilih kasih, aku hanya lebih menyayangi Winnie karena ia anak yang sangat manis.
Ia tidak pernah bersedih walaupun telah kehilangan satu kakinya.
Semua anak-anak menghambur memelukku, memeluk Faisal dan juga Rena, membuat ibu panti kewalahan mengatasi semangat berapi-api anak-anak tersebut.
Dadaku menghangat mengamati senyum mereka satu per satu.
They deserve more than this.
Aku memberikan sebuah mainan dan beberapa snack kepada satu per satu anak, dan mereka membalasku dengan mengecupku di pipi dan memeluk leherku dengan erat.
Aww, manis sekali 'kan?
"Ayo, Nak Avi, Nak Faisal, Nak Rena, silakan masuk." ajak Bu Sari, penjaga sekaligus ibu anak-anak panti asuhan ini.
Aku tersenyum dan bangkit berdiri, hendak melangkah masuk sebelum tiba-tiba aku mengingat apa yang sedari tadi telah kulupakan.
Seketika aku menoleh ke belakang, kosong, tidak ada jejak pria yang seharusnya ada bersamaku saat ini.
Bu Sari dan anak-anak lain menatapku dengan bingung ketika aku malah berbalik lari dan mencari-cari di balik pohon dan semak-semak, dan akhirnya aku menemukan Tama yang sedang bersembunyi di bawah sebuah pohon besar sambil berjongkok.
Apa dia tidak tahu tubuhnya itu tidak bisa disembunyikan meskipun ia sudah menciutkan diri?
Aku berkacak pinggang dan menatap Tama seperti menatap anak kecil yang tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang buruk.
Tama menatapku dengan kaku. "Sudah kuduga, aku tidak cocok disini, sebaiknya aku pulang saja."
Sebelum pria itu sempat kabur, aku langsung menariknya sekuat tenaga menuju ke arah dimana anak-anak itu masih berdiri menungguku.
Tama berdiri di belakangku, hendak bersembunyi, sebelum ia menyadari bahwa tinggiku hanya sebatas dadanya, sama sekali tidak menutupinya dari anak-anak yang menatapnya dengan mulut menganga.
Faisal dan Rena menatap Tama dengan tatapan tertarik karena tidak biasanya seseorang bergabung dengan kami, meskipun dalam kasus Tama dia dipaksa olehku.
"Siapa dia, Vi?" Tanya Rena.
Aku berdeham dan menyingkirkan badanku ke samping supaya tidak menutupi Tama. "Faisal, Rena, Bu Sari dan anak-anak, perkenalkan ini Tama, hari ini dia akan bergabung dengan kita, horee!!"
Disana, masih di tempatnya semula, Tama berdiri dengan kaku, tidak berani bergerak, dan sama sekali tidak kepikiran untuk berjongkok sekadar untuk menyamakan tingginya dengan anak-anak.
![](https://img.wattpad.com/cover/137394783-288-k320535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me ✔
Fiksi Remaja[Completed] [16+] Lebih dari setengah eksistensi hidupnya dihabiskan seorang Tavisha Kaelyn untuk mencintai Adhitama Dirgantara, duda yang lebih tua tiga belas tahun darinya. Hingga akhirnya Tavisha merasa bahwa cintanya sudah berbalas, ternyata sos...