Shui tahu ada yang tidak beres semenjak ia datang ke desa ini. Ketidakhadiran Sheya dalam penyambutannya, permintaan Inarha supaya dia menginap di desa ini, dan kegugupan Junuran yang tidak kentara. Ada yang mereka sembunyikan darinya dan Shui baru mengetahuinya ketika memasuki rumah Sheya yang baru.
Setelah meminta orang-orang yang mendampinginya pergi ke tempat pesta, Shui memasuki rumah bersama Junuran, Sheya, Inarha, Ornuk, dan Kokhan. Pertama kali menginjakkan kaki ke sana, yang dia lihat adalah ruang tamu sederhana beralaskan permadani cokelat tanah. Tidak ada yang aneh dengan ruangan tersebut.
Namun, saat memasuki ruang tengah, Shui melihat perbedaan yang sangat mencolok. Pajangan-pajangan yang terlalu ramai, permadani yang warnanya tidak sesuai dengan kain-kain yang tergantung di dinding, serta perabotan-perabotan yang tampak baru padahal bila diperhatikan dengan baik, itu seperti benda-benda usang yang ditata ulang serta dibersihkan dengan terburu-buru. Ke mana larinya semua uang yang ia berikan untuk pembangunan rumah ini?
Shui memeriksa ruangan satu per satu tanpa banyak bicara, membuat suasana mencekam di antara orang-orang yang menunggu komentarnya. Shorya muncul di sisinya, memandangi setiap sudut ruangan dengan awas. Ada sesuatu dalam rumah ini yang menarik perhatiannya, bukan hal yang asing dan terasa sangat familier. Sebelumnya, rumah ini terasa hangat dan menenangkan. Energi yang berpusar di dalamnya tidak seberat saat ini.
Ada sesuatu yang gelap dan berbahaya tertinggal di sini. Dan itu membuat Shorya berusaha lebih keras mengingat kembali di mana dia pernah merasakan energi ini.
"Sebenarnya apa yang terjadi di sini?" Shui baru bertanya sehabis memerika dapur. Dia kembali ke ruang tengah, tempat di mana orang-orang menunggunya. "Apa yang kalian sembunyikan dariku?" Tatapan tajamnya mengarah pada Junuran yang menundukkan pandangannya ke lantai rumah.
Inarha menghela napas, kemudian berujar, "Semalam terjadi perusakan di rumah ini." Lelaki tua itu kemudian menyibak salah satu kain yang menutupi dinding, sehingga Shui bisa melihat bekas cakaran yang tertinggal di sana.
Baik Shui maupun Kokhan terperangah memandang cekungan memanjang itu. Sementara tatapan Shorya semakin menajam. Tidak ada binatang buas yang bisa meninggalkan tanda seperti itu, kecuali binatang buas jadi-jadian.
"Perusakan ini dilakukan sehari sebelum Anda datang kemari. Banyak barang-barang pemberian Anda yang dirusak, sehingga kami terpaksa meminjam barang untuk menutupinya," Inarha membiarkan Shui memeriksa bekas goresan yang dalamnya seruas jari telunjuk orang dewasa.
"Kenapa tidak memberitahuku?" Shui menoleh ke arah Junuran
"Maafkan saya, Shonja," Junuran langsung berlutut. "Kami belum berhasil menangkap pelakunya. Selain itu, kami tidak ingin merusak suasana hati Shonja ketika berkunjung kemari."
"Tapi ini masalah serius," desis Shui tajam. "Seharusnya kau langsung mengatakannya padaku." Ia lantas melirik Sheya yang sedari tadi diam di belakang Ornuk. "Apa untuk menutupi semua ini, kalian menjamuku terlebih dahulu?"
"Ya," Junuran menjawab dengan lantang.
"Tolong jangan marah dulu, Jenderal," Inarha menyela sebelum Shui menumpahkan kekesalannya pada Junuran. "Seperti kata Tuan Junuran, kami melakukan ini karena ingin menjaga suasana hati Anda. Selain itu, kalau pun Anda menuntut Tuan Junuran untuk menangkap pelakunya. Rasanya itu mustahil." Pandangan lelaki tua kecil itu terpaku pada bekas-bekas di dinding yang telah terlihat. "Kami semua berpendapat, perusakan ini bukan dilakukan manusia." Tatapannya berpindah pada Shorya yang kelihatannya tengah merenungi sesuatu.
Kali ini Shui terdiam. Ia pun memiliki pendapat seperti itu setelah melihat bekas-bekas kerusakan ini.
"Dan kelihatannya si perusak bukan dari golongan Jugook biasa," kemunculan Inaike mengagetkan semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conquered Throne
FantasySeorang Jenderal Kekaisaran menikahi gadis desa yang tinggal di perbatasan. Tidak ada senyum, tidak ada kebahagiaan, dan hanya ada rasa sakit. Mampukah keduanya bertahan dalam pernikahan tersebut? Atau... Bisakah mereka menyelami perasaan masing-mas...