Keheningan langsung tercipta di antara kami ketika nama Martimuran disebut. Semua orang, terkecuali Iksook Inarha dan Tuan Shui, menampilkan ekspresi terkejut yang sama meski tatapan mereka menunjukkan perbedaan. Tuan Kokhan tampak yang paling pucat mendengar pernyataan Shorya, sedangkan Tuan Ashen terlihat lebih tidak percaya. Dan seperti dugaanku, dia yang lebih dulu membantah pernyataan Shorya.
"Jika memang Martimuran bangkit kembali, bukankah bencana yang kita hadapi akan lebih buruk dari ini?" tanyanya, yang terdengar seakan-akan bencana saat ini belum begitu buruk. "Saya memang bukan berasal dari Kashaki, tetapi cerita tentang Martimuran cukup terkenal di seluruh pelosok Shenouka. Apa hanya dengan tanda-tanda seperti ini, kau bisa menyimpulkan bahwa Martimuran akan bangkit? Bisa jadi ini hanyalah masalah alam biasa."
Shorya menghela napas, seperti berusaha menyabarkan diri menghadapi kekritisan Ashen. Yang pernah kudengar dari Jun, pria bernama Ashen itu memang cerdas. Dia tidak akan menelan mentah-mentah suatu informasi secara bulat-bulat, tetapi akan mengkritisinya lebih dulu sampai dia menemukan titik terang.
"Yang pertama, aku tidak pernah mengatakan bila Martimuran sudah bangkit," ujar Shorya. "Seperti katamu, bila Martimuran bangkit, maka bencana yang kita hadapi akan lebih buruk dari ini. Bahkan akan lebih banyak lagi kematian di sini."
"Yang kedua, lawan kita adalah kaki-tangan Martimuran. Merekalah yang harus kita hadapi sebelum Martimuran benar-benar bangkit," lanjutnya dengan penekanan dalam beberapa kata. "Kemudian, bencana yang terjadi di tanah ini memang terlihat seperti masalah alam biasa, itulah yang terjadi di mata manusia. Namun, biasakah hujan darah di tanah ini?"
Ashen terdiam mendengar pertanyaannya.
"Kalian boleh mengelak terhadap pernyataanku, karena aku tahu, hal tersebut memang sulit untuk diterima." Shorya memandangi mereka satu demi satu. Tatapannya tajam, tetapi juga menyiratkan ketenangan. Tidak terlihat kemarahan atau pun keinginan untuk memaksakan pandangannya pada anak buah Tuan Shui. "Namun, ini adalah kenyataannya. Jika kalian menolak percaya, kalian boleh meninggalkan ruangan ini. Tapi, bila ada sedikit saja rasa percaya pada diri kalian mengenai penyebab 'keanehan' di Shenouka, maka tinggallah dan lakukan perjanjian dengan anak buahku."
Tidak ada satu pun dari mereka yang beranjak dari kursi, begitu pula Ashen. Lelaki itu masih duduk di tempatnya, meski ekspresinya masih menunjukkan ketidakyakinan.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tuan Kokhan kembali bicara.
"Tentu." Shorya mengangguk pelan.
"Bukankah Naratala dan Kashaki merupakan wilayah kekuasaan Shasenkai?" Pertanyaannya membuatku mengernyit. "Dan walau dua provinsi itu saja yang menjadi daerah kekuasaan Shasenkai, pada dasarnya dia berikatan dengan Kaisar, yang itu artinya secara tidak langsung dia pun menguasai seluruh daratan Shenouka. Namun, kenapa kau yang justru mengambil tanggung jawab untuk melawan Martimuran? Ini sudah seharusnya menjadi tugas Shasenkai."
"Bukankah kaum Jugook sangat memperhatikan wilayah kekuasaannya?" Imbuh Tuan Kokhan.
"Kau benar," Shorya tersenyum tipis ke arah Tuan Kokhan. "Kami—para Jugook mirip seperti manusia. Bila batas wilayah kami dilanggar oleh Jugook lain, kami pasti akan marah. Karena itu, aku meminta Shui untuk memanggil orang-orang yang sekiranya bisa berikatan dengan jenderal-jenderalku. Bila mereka berikatan dengan manusia, maka mereka tidak akan dianggap sebagai 'pengganggu' di wilayah Shasenkai dan aku juga tidak akan terkesan ingin merebut daerah kekuasaannya. Karena mereka akan dianggap sebagai 'pelindung' manusia tersebut."
"Tapi bukankah ini bukan tugasmu?" Tuan Kokhan memperjelas apa yang ditanyakannya, tetapi Shorya kelihatan menghindari pertanyaan tersebut, karena dia menjawab, "Apakah perlu membahas pengelompokan wilayah untuk menyelamatkan banyak kehidupan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conquered Throne
FantasySeorang Jenderal Kekaisaran menikahi gadis desa yang tinggal di perbatasan. Tidak ada senyum, tidak ada kebahagiaan, dan hanya ada rasa sakit. Mampukah keduanya bertahan dalam pernikahan tersebut? Atau... Bisakah mereka menyelami perasaan masing-mas...