Bab 47. Houhan : Waktunya Sudah Tiba

1.3K 158 19
                                    

 Artist: Rigël Theatre 

Album: Lengsel -Ghosts of Memories-

=========================================

Houhan duduk di pinggir tempat tidur. Tatapannya tertuju pada istrinya yang berbaring tenang di atas kasur. Siapa pun yang melihat kedamaian di wajahnya, akan menyangka bahwa Ariri—nama istri Houhan, sedang tertidur lelap. Tak akan ada yang menyangka bila yang berbaring di atas tempat tidur Houhan hanyalah tubuh yang tak bernyawa.

Muruthai telah memasang gelang mantera di jasad Ariri, yang mencegah pembusukan pada jasadnya, sehingga wanita itu masih tampak seperti terakhir kali dia hidup. Hanya saja, air mukanya tidak menyiratkan rasa sakit atau pun kegetiran, kali ini hanya ada kedamaian di wajahnya.

Houhan mengusap pipi istrinya, merasakan hawa dingin menyapu telapak tangannya. Kemudian usapannya bergerak membelai rambut hitamnya yang panjang. Kenangan akan kebersamaan mereka membuat perasaannya nyeri.

Pertama kali Houhan mengenal Ariri, dia mendapat kesan bila wanita ini adalah perempuan penurut yang tidak memiliki ambisi. Mereka dikenalkan oleh kedua orang tua mereka saat berusia belasan. Seperti kebanyakan orang tua lainnya, perkenalan waktu itu bertujuan untuk menjodohkan mereka berdua.

Mulanya Houhan tidak peduli pada Ariri, karena perempuan itu sangat pendiam dan lebih suka memainkan ujung lengan gaunnya ketika mereka bertemu. Gadis itu sangat canggung bersamanya, hingga Houhan berpikir untuk mencari calon lain ketika ayahnya menanyakan pendapatnya tentang Ariri. Namun, sebuah kejadian mengubah pandangan Houhan terhadap Ariri.

Usaha kedua orang tua Ariri diambang kehancuran ketika gadis itu datang sendirian ke rumah mereka. Yang membuat Houhan terkejut adalah keberanian Ariri untuk meminta tolong pada ayahnya untuk membantu mereka. Ayahnya tentu berpikir dua kali untuk menolong ayah Ariri, karena tahu hal itu akan membuatnya berurusan dengan penguasa wilayah di sana.

Ayah Ariri terjebak permainan dagang dengan salah satu pedagang di tempat tersebut dan pedagang itu adalah kerabat dekat penguasa wilayah sana. Selain itu kedekatan antara keluarga mereka pun sedang dipertimbangkan, karena keluarga Ariri tak lagi menjanjikan apa pun untuk keluarga Houhan, bahkan ketika Ariri menyatakan kesediaannya untuk menikah dengan Houhan, ayah Houhan hanya bisa tersenyum masam.

Namun, justru karena kegigihan Ariri untuk menyelamatkan keluarganya memberi pandangan berbeda pada Houhan. Dia pun meminta izin pada ayahnya untuk membantu keluarga Ariri. Ayahnya tentu terkejut mendengar permintaannya, mengingat ia tidak terlalu menyukai Ariri. Walau ragu, ayah Houhan akhirnya memberikan izin pada putranya dengan syarat, tidak ada yang boleh tahu, kalau keluarga mereka membantu keluarga Ariri. Houhan menyanggupi persyaratan tersebut dan kemudian membantu keluarga Ariri mendapatkan kembali kejayaannya, bahkan berhasil membuat penguasa wilayah tersebut diganti dengan orang lain.

Pada waktu itulah Houhan menyadari kualitas Ariri. Mungkin benar bila gadis itu adalah gadis pemalu yang sering menundukkan pandangan dan lebih suka diam, tetapi di balik itu, rupanya dia menyimak dan menilai orang-orang yang dekat dengan keluarganya. Sebelum ayahnya terjebak permainan dagang dengan penguasa wilayah, Ariri sempat memperingatkan ayahnya untuk tidak menerima tawaran tersebut, tetapi ayahnya mengabaikan dan justru bernasib menyedihkan.

Selain pintar menilai orang, gadis itu juga gigih dan mau bekerja keras. Dalam malam-malam mereka yang sulit, karena harus memeriksa pembukuan, Ariri terlihat pantang menyerah untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dia bahkan rela tidak tidur seharian untuk menyelesaikannya. Houhan sampai terkejut ketika mendapati Ariri masih menghitung di ruang kerja, saat dia baru saja selesai sarapan dan membersihkan diri. Ketekunannya sungguh mengagumkan.

The Conquered ThroneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang