Seorang Jenderal Kekaisaran menikahi gadis desa yang tinggal di perbatasan. Tidak ada senyum, tidak ada kebahagiaan, dan hanya ada rasa sakit. Mampukah keduanya bertahan dalam pernikahan tersebut?
Atau...
Bisakah mereka menyelami perasaan masing-mas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambar diambil dari : https://vignette2.wikia.nocookie.net/harrypotter/images/f/fe/Patronus_PM_SilverStagPatronus_MomentIllust.jpg/revision/latest/scale-to-width-down/350?cb=20170314002945
Note:
Seperti itulah penampakan Inaike. Hanya saja, bedanya Inaike punya bulu berwarna putih dan tanduk hitam bercabang. Matanya sehijau dedaunan dan kuku-kuku kakinya sewarna tanah.
---------------------------------------
"Apa yang kau lakukan di sini?" desisku, kesal karena dikagetkan dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Aku benci dengan kebiasaannya yang ini, suka membuatku terkejut. "Mengintip orang yang sedang mandi?"
Inaike memutar mata, seolah-olah kemarahanku bukan sesuatu yang penting.
"Seharusnya kau marah pada dia, bukannya padaku." Dia menoleh ke suatu arah dan seketika aku kembali memekik melihat kehadiran Tuan Shui.
Aku menoleh ke sana – ke mari, mencari-cari bajuku untuk menutupi tubuhku yang hanya dibalut selembar kain tipis. Hampir saja aku terpeleset karena terburu-buru ke tepi sungai. Kalau Inaike tidak menahanku dengan kekuatannya, mungkin kepalaku sudah berdarah karena terantuk bebatuan yang ada di pinggir sungai. Setelah menyambar pakaian dan berganti di balik pepohonan, aku kembali menemui Tuan Shui yang kini tengah memandang ke sekeliling selain ke arahku.
"Apa yang sedang Tuan lakukan di sini?" tanyaku, canggung setengah mati karena baru saja dipergoki mandi oleh seorang laki-laki.
Dia yang dari tadi mengintipmu mandi, suara Inaike menggema dalam kepalaku.
Jugook ini pasti bercanda. Apa bagusnya melihatku mandi?
"Kenapa tadi kau berteriak?" Tuan Shui menoleh ke arahku. Tatapannya tajam dan juga waspada. "Apa ada binatang liar? Atau orang yang mengintipmu?"
Lucu!Inaike mendengus tepat di sisiku. Dia yang mengintip, dia juga yang curiga ada yang mengintip. Laki-laki ini punya selera humor yang buruk!
Aku meringis, "Sa...Saya hanya kaget, tadi ada ranting yang hanyut, saya kira ular."
"Oh," kewaspadaan Tuan Shui memudar. Dia menjadi lebih santai. "Aku kira terjadi sesuatu padamu."
"Ngomong-ngomong, kenapa Tuan ada di sini?" aku kembali mengulang pertanyaanku.
Senyum Tuan Shui sedikit kikuk. "Mila bilang, di belakang rumah ada sungai, makanya aku ke sini untuk membasuh wajah."
Bohong!Inaike lagi-lagi bicara. Aku melihatnya mengintipmu sedari tadi. Makhluk itu mengitarinya perlahan seperti pemangsa yang sedang menilai buruannya. Laki-laki ini bersembunyi di balik pepohonan dan memperhatikanmu dengan nafsu rendah. Aku tidak akan lupa bagaimana tatapannya saat memandangmu, seperti laki-laki tak beradab yang ingin memuaskan hasratnya sendiri.