Sheya akan menjadi istrinya?
Lelucon apa ini?!
Bagaimana mungkin gadis itu ada di sini? Kenapa orang-orang rumah tidak mengirim pesan bahwa Sheya dibawa ke Istana? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam benak Shui, tetapi tak ada satu pun yang ia lontarkan pada Rheiraka yang berdiri di sisinya. Ketika melihat kesenangan di wajah adik lelakinya, tahulah Shui, bahwa Rheiraka telah merencanakan ini sebelumnya.
Rhei tahu tenang Sheya. Dia tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Sheya. Adiknya berupaya memanfaatkan hal ini untuk menurunkan reputasinya! Bila Sheya menjadi istrinya, maka jalan untuk membentuk aliansi melalui pernikahan akan sulit dilakukan. Tidak akan ada bangsawan yang mau anak-anak perempuan mereka berstatus di bawah rakyat jelata. Rupanya, ketika Rhei membahas tentang pernikahan di ruang kerjanya waktu itu adalah untuk mengambil langkah ini!
Shui tertawa kecut dalam hatinya. Rupanya pengabdian dan kesetiaannya selama ini belum cukup untuk menghilangkan kecurigaan Rhei. Sekarang, dia dipaksa untuk menggadaikan perasaannya juga! Hati Shui serasa disayat sembilu, karena menyadari besarnya ketidakpercayaan Rhei terhadapnya.
Namun, ia berupaya menyikapi masalah ini dengan tenang. Ekspresinya melunak dan berubah menjadi lebih bersahabat, terutama ketika melihat mimik wajah Sheya yang tampak seperti kelinci yang terperangkap di sarang harimau.
"Ammu suka dengan pilihanku?" Rheiraka menoleh ke arah Shui sambil menyunggingkan senyum yang cemerlang.
Bagaimana dia bisa bilang tidak, bila Rheiraka tidak memberinya kesempatan untuk menolak? Shui hanya tersenyum, tanpa membantah atau pun mengiyakan.
Rheiraka menyuruh kedua dayang tersebut untuk menghadapkan Sheya pada para tamu undangan, seolah dia adalah barang pajangan yang pantas dipertontonkan. Shui semakin muram melihat adiknya memperlakukan Sheya seperti itu. Secara tidak langsung, Rheiraka mempermalukan Sheya dan mencoreng namanya pula.
"Gadis ini merupakan calon istri Ammuren," Rheiraka memperkenalkan Sheya dengan bersemangat, tanpa memedulikan bahwa gadis itu sebetulnya sudah ingin menangis. "Dia merupakan gadis yang tidak sengaja ditemui Ammuren ketika bertugas di perbatasan timur Shenouka. Gadis ini yang menolong dan merawat Ammu saat terluka di sana."
Shui tidak tekejut mendengar adiknya membumbui kisah pertemuannya dengan Sheya.
"Ammuren sangat mencintai gadis ini, hingga membawanya ke kediamannya dan tinggal bersamanya," Rheiraka memberikan tatapan simpati ke arah Shui, tanpa memedulikan bahwa pernyataannya sudah merusak nama baik Sheya maupun Shui.
Bagi Shui, hal tersebut bukan masalah besar. Namun untuk Sheya yang belum menikah, ini adalah masalah serius! Dia akan dianggap sebagai gadis murahan, karena tinggal bersama lelaki yang bukan keluarga maupun suaminya!
"Hamba bisa menjelasakan—,"
Rheiraka tidak membiarkan Shui bicara, karena dia langsung berujar, "Ammu, apa pun pilihanmu, aku akan mendukungmu," ucapnya mantap. "Sekalipun gadis ini berasal dari golongan rakyat jelata, aku akan tetap merestui pernikahan kalian. Karena itu, kau tidak perlu malu untuk meresmikan hubungan kalian."
"Bukan begitu, Yang Mulia," Shui membantahnya. "Nona Sheya memang menolong dan merawat saya, ketika saya terluka di Shamasinai. Namun, hubungan kami tidak seperti itu!"
Rheiraka mendecakkan lidah sambil menggelengkan kepala. "Tidak perlu merasa malu padaku, Ammu." Dia menyodorkan tangannya pada kepala kasim dan menerima sebuah gelang giok berukir yang tak lain merupakan tanda pertunangan Sheya dengan Junuran. "Jika kalian tidak saling mencintai, bagaimana bisa kau mengizinkannya tinggal di kediamanmu dan bahkan memberinya gelang sebagai tanda mata dalam pertunangan kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conquered Throne
FantasySeorang Jenderal Kekaisaran menikahi gadis desa yang tinggal di perbatasan. Tidak ada senyum, tidak ada kebahagiaan, dan hanya ada rasa sakit. Mampukah keduanya bertahan dalam pernikahan tersebut? Atau... Bisakah mereka menyelami perasaan masing-mas...