AAD #7 ✅

4.2K 130 11
                                    

╭──────────╮
𝑵𝒂𝒋𝒎𝒊'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Rumah Najmi, Desa Baiturrahman
10 Maret 2018

Sudah seminggu sejak kejadian pencarian jawaban atas pusakaku dan kakek. Dan sejak saat itu Munib masih belum menunjukkan batang hidungnya, aku sudah mencoba menelponnya, tapi tidak terjawab, chatku pun terabaikan. Aku jadi merasa bersalah padanya.

"Apa dia marah sama aku??" Tanyaku pada diriku sendiri.

"Hmmm dia pasti marah, dia pasti kecewa banget sama aku."

"Dia nungguin aku selama sepuluh tahun terakhir, berharap bisa saling cerita bisa saling rindu pas ketemu, tapi aku malah lupa semuanya. Rasanya kayak ada tembok besar yang menutupi ingatanku dari kejadian sebelas tahun yang lalu."

Aku menatap sarung Munib yang kuikatkan ke guling, dia temanku seminggu terakhir ini. Untung saja Munib tidak mengambil sarungnya setelah kejadian itu, jadi aku masih punya teman untuk kuajak berbincang.

"Menurutmu gimana Rung?? Apa aku harus ke rumah Munib??" Aku menatap guling yang sudah pasti tak akan menjawab.

"Tapi aku takut, aku takut dia marah, aku takut sama pikiran negatif yang terus muncul dari otakku."

"Sekarang aku gak tau harus gimana lagi. Gimana dong??"

Hatiku tiba tiba terasa pedih, air mata turun tanpa izin. "Huwaaa!! Munib, maafin aku." Aku meraung keras, memutus urat malu yang sejak tadi kupertahankan.

"Assalamualaikum." Aku langsung menghentikan raunganku saat suara itu muncul.

"Munib??" Aku bertanya pada diriku sendiri.

"Iya itu pasti Munib." Aku segera bangkit lalu menghapus air mataku

"Assalamualaikum Na!!" Panggilan itu muncul lagi, membuatku mempercepat langkahku.

"Wa'alikumsalam, sebentar."

*Ceklek* pintu terbuka

"Munib." Aku menahan suaraku yang bergetar. Sosok itu sudah ada didepanku, sosok yang aku rindukan seminggu terakhir ini.

"Hai!! Kangen ya." Tanyanya dengan senyuman manis.

"Nggak." Jawabku, namun kepalaku malah mengangguk.

Munib tersenyum kecil. "Jalan jalan yuk."

"Kemana??" Tanyaku penasaran

"Ke taman baru belakang rumah aku."

"Apa itu tempat main kita dulu??" Tanyaku takut takut, jujur aku masih terlalu takut untuk mengingat semuanya kembali. Aku takut tak bisa mengingatnya dan membuat Munib kecewa lagi.

"Bukan!! Ini tempat baru kok, aku aja belum pernah kesana."

"Ya udah, ayo!!" Akhirnya aku bisa tersenyum kembali. Rasanya lega karena Munib tidak marah, tapi kenapa dia tidak bisa dihubungi seminggu terakhir??

"Pake jilbab." Munib kembali mengingatkan.

"Siap boss!!" Aku kembali masuk ke kamar, memakai jilbab hitam andalanku lalu keluar rumah dan mengunci pintu.

*Kring...kring...* Bel sepeda

"Mau naik ini??" Aku berucap tak percaya.

"Iya dong,, biar romantis." Ucapnya lalu terkekeh.

"Romantis nggak, sepeda rusak iya." Sindirku pada sepeda yang berukuran lebih kecil dari kamu berdua.

"Udah tenang aja. Aman kok ini." Munib mulai jejempingan menunjukkan bahwa sepedanya benar benar kuat.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang