AAD #12 ✅

4K 172 7
                                    

╭──────────╮
𝑵𝒂𝒋𝒎𝒊'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Rumah Najmi Desa Baiturrahman
18 Maret 2018

Malam ini aku diam di teras rumah, biasanya aku nongkrong di rooftop, tapi akhir akhir ini aku senang disini. Setiap malam berharap dia datang berkunjung walau nyatanya dia menghilang beberapa hari terakhir, dan aku baru bertemu dengannya siang tadi

Aku membuka ponselku, menggeser geser menu mencari kesibukan di keheningan malam. Setiap sendiri pasti rasa rindu dengan kampung yahida selalu membuncah. Entah kapan aku diperbolehkan pulang. Aku sudah hampir tiga minggu hidup tanpa pengawasan. Rasanya rindu dilarang ini itu.

Aku menghela nafas panjang, apa aku harus pulang sendiri?? Tapi aku sama sekali gak tau arah jalan pulang. Bodohnya aku, kenapa aku selalu lupa jalan??

Tapi jika aku pulang, apa mereka sudah memaafkanku?? Aku memencet menu panggilan, menekan sebuah nama lalu memandanginya lama.

Nama mas Andra terpampang dilayar, tinggal menekannya dan panggilan akan tersambung. Tapi rasa takut menghantui pikiranku. Aku menekan tombol kembali lalu mematikan ponselku.

Sabar Najmi, misteri kakek belum terpecahkan. Kamu harus tetap disini. Aku memandang jalanan, sesosok manusia terlihat mendekat. Aku memicingkan mataku memastikan siapa yang hendak berkunjung.

Senyum terukir saat wajahnya terlihat. "Assalamualaikum." Ucapnya setelah sampai didepanku. Dia langsung duduk dikursi disampingku.

"Wa'alikumsalam." Aku menunduk, malu kedapatan senyum saat melihatnya.

"Tumben kesini. Ada perlu apa??" Tanyaku sok jaim.

"Mengunjungi calon istri." Jawabannya membuat perutku dipenuhi kupu-kupu terbang. Ah,, aku grogi.

"Maaf saya baru berkunjung, beberapa hari yang lalu saya sibuk." Dia menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Mau ngeteh atau ngopi??" Tawarku karena sebelumnya aku terlalu grogi untuk menawarkan minum.

"Mau kamu aja." Aku buang muka, pasti mukaku kayak orang nahan berak sekarang.

"Masyaallah."

Lalu hening, rasa sungkan tiba tiba muncul karena teringat bahwa dia adalah orang hebat.

"Abang." Panggilku, dia membuka matanya lalu menatapku.

"Hmm,, kenapa??"

"Abang kok gak bilang kalau Abang itu ustadz??"

"Kenapa memangnya?? Ustadz itu hanya panggilan, nama saya kan gak ada kata ustadznya, jadi untuk apa dikatakan."

"Tapi aku sekarang malu."

"Kenapa malu?? Nuril malu punya calon suami seorang ustadz??"

"Bukan begitu. Aku malu karena aku gak selevel sama Abang. Apalagi tadi liat Abang naik panggung terus banyak jama'ah yang menyuarakan cinta." Aku menceritakan keluhku.

Bang Syarif terkekeh. "Biasa itu mah, jama'ah perempuan memang suka heboh. Bukan sama saya saja, tapi dengan semua ustadz muda. Kenapa?? Kamu cemburu dengan mereka??" Tanyanya masih diselingi kekehan.

Aku tersenyum kecut. "Rasanya gak pantes saya cemburu. Mereka jauh lebih baik daripada saya, mereka lebih Sholehah, lebih cantik, dan lebih lama mengenalmu. Jauh banget kalau dibandingkan denganku." Aku menunduk sok rendah padahal emang rendah. Huhuw...

"Siapa yang bilang begitu?? Saya suka kamu karena Allah, bukan karena kecantikan atau ilmumu."

Deg,, rasanya hatiku menghangat. Ternyata ini rasanya jatuh cinta.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang