AAD #25 ✅

3.3K 127 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Rumah Najmi, desa Baiturrahman
06 April 2018

"Aku pulang aja lah." Munib sudah berjalan ke luar lagi, tapi Najmi menahannya dengan pupy eyesnya.

"Sini aja sih." Pinta najmi memelas.

"Nggak lah, aku gak mau jadi obat nyamuk diantara kalian berdua." Munib bersedekap.

"Aku lagi males berduaan sama dia doang." Perkataan Najmi menarik perhatian Munib.

"Kenapa??"

"Nanti yang ketiga setan." Najmi menatap Munib.

"Maksudnya aku setannya??" Munib menunjuk dirinya sendiri.

"Eh, nggak gitu. Udah loh sini aja, nanti kubelikan eskrim dah." Najmi berusaha merayu.

"Nggak usah, terimakasih. Aku mau pulang lah, nanti dicariin ibu." 

Najmi melemah, emangnya dia siapa bisa menang jika dibandingkan dengan seorang ibu.

"Ya udah hati hati dijalan." Najmi melambaikan tangannya, padahal Munib masih didepannya.

"Ya udah, jaga diri, kalau dia jahat langsung hubungi aku." Munib membuat gerakan menelpon dengan jempol dan kelingkingnya.

Najmi mengangguk, membiarkan Munib semakin menjauh. Najmi lantas menutup pintu setelah memastikan Munib tidak akan kembali.

Najmi duduk, memandangi jendela, menantikan seseorang yang mungkin datang untuk menemaninya.

Namun tiba tiba Najmi terperanjat dari kursinya. Sosok Syarif terlihat dari kejauhan, menengok kanan kiri. Najmi berharap dia akan berbelok kesini, bukan malah menyebrang jalan.

Ah,, sayangnya harapannya tidak dikabulkan. Tante penjaga counter itu sudah muncul duluan lalu melambaikan tangan pada Syarif. Entah apa yang dipikirkan Syarif hingga dia memilih menyebrang menghampiri Tante counter itu.

"Aku mah apa atuh." Najmi memelas.

"Kalah aku mah kalau dibandingkan sama Tante itu. Aku mah tepos, gak bisa make up, beda banget sama dia yang semok montok menor aduhai." Najmi hampir muntah diujung katanya.

"Aduuh mules, kayaknya aku alergi bohong deh." Najmi mengelus perutnya yang terasa melilit.

Najmi memangku wajahnya dengan kedua tangannya. Main ke pondok aja kali ya. Biar gak gabut gabut amat." Sebuah ide brilian terlintas di otak Najmi.

"Ini kan hari libur. Bawa hape lah biar bisa foto foto."

Najmi segera bersiap, memakai gamis seadanya dan jilbab hitam andalannya. Najmi berjalan pelan saat di depan counter. Berusaha tidak terlihat walau nyatanya orang minus pun mampu melihatnya.

"Najmi!!" Sebuah panggilan membuat Najmi menoleh, begitupula Syarif yang berada diseberang jalan. 

"Eh Adrian." Najmi tersenyum ramah.

"Lama gak keliatan, kemana aja??" Tanya Najmi basa basi.

"Biasa lah,, ustadz Anwar itu hukum hukum aku terus. Coba kamu bilangin biar dia gak galak di pondok."

Najmi menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan omongan Adrian. "Kok aku?? Kenapa aku??" Najmi menunjuk dirinya sendiri.

"Kamu kan pacarnya ustadz Anwar." Najmi mendelik setelah mendengarnya. Tau dari mana dia?? Batin Najmi berkecamuk, takut penyamarannya terbongkar.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang