AAD #59 ✅

2.3K 82 0
                                    

╭──────────╮
𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓'𝒔 𝑷𝑶𝑽
╰──────────╯

Rumah Najmi, Desa Baiturrahman
1 Mei 2018

"Robi Pagelaran itu siapa Mun??" Najmi baru ingat tentang hal yang hendak ia tanyakan pada Munib.

"Nama ayahku, kamu lupa??" Munib bertanya dengan nada acuh. Dia tengah fokus pada permainan di ponselnya.

Najmi diam, seperti memikirkan sesuatu dalam kepalanya.

"Ayah kamu gendut nggak Mun??"

"Lumayan."

"Ada kumisnya??"

"Ada."

"Kepalanya botak depan nggak??"

"Iya."

Najmi menghela nafas panjang, sepertinya dia sudah menduga sesuatu.

"Ada fotonya nggak??"

Munib mendesah pelan. "Kenapa kamu tiba tiba kepo sama ayahku??" Munib terlihat tak senang dengan pertanyaan pertanyaan yang Najmi ajukan.

Najmi meringis. "Siapa tau suatu hari nanti aku ketemu."

Munib berdecak, tangannya menggeser layar ponselnya. Menggulirkannya beberapa kali lalu menekan sebuah foto. "Ini ayahku." Munib  menunjukkan foto di ponselnya pada Najmi.

Najmi menyipitkan matanya, berusaha melihat dengan seksama. Hingga akhirnya fakta itu terungkap, Najmi menutup mulutnya.

'jadi, ayah Munib adalah papa baru Lala??' batin Najmi mulai tak tenang.

Bagaimana jadinya jika dua remaja saling mencintai tapi kedua orang tuanya adalah sepasang suami-istri. Batin Najmi kembali bertanya tanya.

"Makasih." Najmi mengembalikan ponsel Munib dengan senyum simpul.

Munib mengambil ponselnya lalu kembali bermain game. Najmi diam sejenak, bagaimana jika Lala atau Munib sampai tau hal ini?? Patahkah hati mereka berdua??

"Kamu sayang ayahmu nggak Mun??"

"Udah nggak."

"Kok gitu??" Najmi bingung.

"Ayah memilih wanita lain untuk menjadi istrinya, dan itu berarti dia juga sudah memilih keluarga lain untuk menjadi keluarganya. Lalau, apa pantas aku sayang pada anggota keluarga orang lain??" Ucapan Munib terdengar tenang, tapi entah dengan hatinya.

"Kamu benci sama wanita itu??" Najmi bertanya perlahan.

Munib menatap tajam pada Najmi. "Jika aku punya daftar orang yang kubenci, di pasti ada diurutan pertama."

Najmi meringis, kalau sudah begini maka akan susah mendamaikan keadaan.

"Gimana kalau wanita itu minta maaf??"

Munib tiba tiba meludah di pojok ruangan. "Itu yang bakalan aku lakuin ke dia."

"Kalau anaknya yang minta maaf??" Najmi masih saja bertanya.

"Bakalan aku tendang, sama seperti perlakuan ibunya terhadapku di waktu itu." Pancaran dendam tersorot dari mata Munib.

"Tapi mereka gak tau apa apa Mun."

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Nada suara Munib mulai naik.

"Bagaimana kalau mereka emang sudah jauh dari pohonnya dari kecil??"

Munib berdecak. "Kalau ibunya jalang, sudah pasti anaknya jalang." Munib terdengar tak ramah.

"Bagaimana kalau ternyata anak wanita itu adalah orang yang kamu suka??" Najmi akhirnya menanyakan poin utamanya.

Ada Aku Disini (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang